Lihat ke Halaman Asli

Rachmat Pudiyanto

TERVERIFIKASI

Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

Selepas Kabut

Diperbarui: 17 Oktober 2015   19:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kuntum bergumam tanpa tenaga
layu dan kian layu
kelopaknya redup tanpa sinar keemasan
rindukah dia pada matahari?
yang menghangatkan mahkota dengan cahaya warna warni

“hey, ada warna keemasan disana, pekat”

“itu bukan aku,” sahut kuntum terbata

kemarin mata telanjangnya menembus awan-awan penghalang
memandang lepas paras mentari terindukan
tak seperti kini
tersisa adalah perih dan pedih
dia kehilangan pandang sang pangerang terang

“aku menunggu selepas kabut”

entah kapan warna-warna pekat memedihkan mata akan lenyap
kuntum yang tak berkesudah kesabaran
menangis kering di sela nafas tersengal dan isyarat kegeraman

dulu sampah yang dibakar, sekarang para ‘sampah’ berpesta membakar

***
Jakarta – 16 Oktober 2015
@rahabganendra

Sumber gambar Ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline