Lihat ke Halaman Asli

Rachmat Pudiyanto

TERVERIFIKASI

Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

Angin Singkil

Diperbarui: 16 Oktober 2015   22:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


angin ujung sabang dingin menggigil
menyapu lahan-lahan persaudaraan yang lama tertatih
aku yang lahir dari rahim bumi rencong
aku yang menghirup hawa pekat langit singkil

tanah ini, ibu kami
yang ajarkan bertani kasih sayang
air perigi ini, susu kami
menyirami cinta yang selalu bersemi
sawah-sawah subur, ladang persaudaraan kami
diantara musim pancaroba yang menghidupi rohani

senyum sinar pagi tak letih menghangatkan
tangan-tangan hujan tak lelah menyejukkan
namun sayang
lembaran-lembaran kisah manis itu mesti tertinggalkan
sisakan segala kepedihan
tentang harmoni lonceng gereja dan adzan surau yang lamat berjauhan

kini, bukan tanah-tanah yang menolak kami pijak
saat ketakutan menjadi ngarai terjal mengancam
terbakar api-api kelam kata perbedaan
menahan airmata yang lama terkucilkan
dan membawa kisah legenda damai
yang kini gelap terhalang kabut kebencian

kami pergi
mengikuti angin singkil dini
berpeluk Tuhan yang teryakini

***
Jakarta – 15 Oktober 2015
@rahabganendra

Sumber Gambar Ilustrasi

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline