Lihat ke Halaman Asli

Rachmat Pudiyanto

TERVERIFIKASI

Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

Pengkhianatan

Diperbarui: 15 September 2015   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


 
dulu
aku melihat pagi dengan pertanda wajah mentari di riak basuh mata kejora
jernih bagaikan cermin bidadari yang jatuh dari meja riasnya
bergoyang diantara lekuk tubuhmu yang menari bergelora
disana paras penguasa terang bermerah saga
jelas cantik berwibawa
rupawan hampir tiada cela

hingga saat cinta itu pudar
ditelan oleh perilaku tak lagi sadar
parasmu perlahan kian suram
pekat dan legam
aku yang tak lagi peduli
oleh hati yang kian mati suri

berkali-kali engkau menagih janji
tentang kesetiaan menjaga dari ujung pagi ketemu dini
menyanyikan lagu-lagu estetika di pinggiran peraduanmu
bercengkerama di arung luka-luka setiap waktu
tapi aku telah mati
cinta itu tlah tertinggal di dangkalnya hati

hingga engkau mengerang kepedihan
kala dewi hujan menghunjam deras di sepanjang tubuh kepekatan
keindahan setiap detikmu, lenyap bagai ditelan rahim kelahiran
aimatamu menggenang tersedu sedan
di sepanjang setapak jalan
dan pemukiman

kini
aku tak lagi bisa melihat paras matahari  
yang enggan menampakkan diri
pada pekat wajahmu yang tak lagi menghidupi
oleh ulah tangan sampah penghianatanku di silam hari

***

Jakarta – 15 September 2015
@rahabganendra

Gambar Ilustrasi “Kali Angke dikeruk akibat pendangkalan”. Foto pribadi diambil Senin 14 September 2015.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline