Lihat ke Halaman Asli

Rachmat Pudiyanto

TERVERIFIKASI

Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

Pedih

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14303221811913549130

***

daun berguguran di semak belukar
tangkainya belumlah keriput
dia mampu kokoh mesti gemetar digelitik angin
dan menopang sang bunga yang belumlah berkelopak layu

gurat keringnya berbisik perlahan seakan takut didengar kupu-kupu
atau mungkin sang kumbang
tiada lagi sembab yang tlah usang dihapus cahaya perak pantulan telaga

"aku lama menunggumu, aku menanti mekarmu!"

"hai,"

kelopak menyahut seraya jemari putiknya menantang matahari

"tak ingatkah aku lahir diantara tubuhmu?"

ah, tangkai itu bernafas berat
cahaya redup lengah dan tertutup lembaran daun hijau yang belum menguning
dan mungkin akan gugur setelahnya, entah di musim kemarau kering
ataukah saat hujan meludah berkepanjangan

peduli apa,
tangkai itu suatu saat akan gugur
bersama bisikan putik bunga yang ditopangnya setia

"aku sahabatmu"
"aku muhrimmu"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline