Lihat ke Halaman Asli

Rachmat Pudiyanto

TERVERIFIKASI

Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

Bunga Merintih

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13901548912039560661

*

mekar bunga termenung malas menyambut hari kala redup awan nan bergelayut suram menyapa mentari terangnya karam ditelan bingkai mendung sang dewi atas ramah yang dimiliki lirih bergumam diri ucapkan salam : selamat pagi

pada kehidupan ibukota negeri yang merindu rasa harmonisasi pada embun embun yang tlah berganti bersama keruh lumpur dan kotor noda daki yang bergumul bak terjangan badai bah siang tadi atas amuk rasa yang tak  lagi dipeduli oleh insan insan lupa diri

kapan akan berlalu pedih peri? saat hati merindukan indah pelangi bersama kupu kupu yang selalu molek menari dan merdu kicau burung kenari yang nyaring berseri

hingga senja datang mengganti saat sang baskara beringsut menepi di tapal batas cakrawala barat sembunyi redup temaram luruh memeluk sunyi kasih cinta terhempas pergi bunga kini sendiri merintih sepi

tidak pada kumbang tak bernyali bukan pada nur kunang kunang perigi berjaga di separuh malam telanjang berduri seperti malam malam yang berjenjang menanti

berharap esok datang hari menjelang selintas senyum mentari bersama bijak mahkota yang menghidupi hingga tumbuhkan tunas tunas bersemi untuk hidup damai di hati indah tiada tepi

*

Jakarta - 20 januari 2014 Ganendra

Sumber Gambar Ilustrasi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline