Lihat ke Halaman Asli

Rachmat Pudiyanto

TERVERIFIKASI

Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

Nyanyian Gembala

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1390496696160083356

pada udara kuhirup murni beriring nyaring kukila bernyanyi hawanya merasuk rongga kulit pori pori semilir bayu turuni lereng menghijau tiada tepi bukit bukit ramah menyapa tiap jengkal mata di fajar pagi

merindu akan kampung halaman kangen akan hamparan sawah padi padian pada kulit keriput petani yang merekah senyuman diantara rajakaya yang diasuh gembala bermanja lenguhan pun sejuk berbudi dalam buaian dongeng eyang semalaman nikmati hiruk pikuk satwa alam di penghujung kehidupan

sekar mewangi di tepian jalan dusun menyegarkan mata di senja merah marun entaskan segala resah penghuni koloni serumpun hingga ruh semangat bangkit esok di butiran fajar embun

tamah mendesau di fajar ufuk saga bersenda tawa kala mentari di siang hangatnya luruh sahdu dalam keheningan temaram ibadah senja bersujud takzim atas malam gelap beranjak merenda purnama

pada cengkerama petani dan Dewi Sri kehormatannya atas harmonis gembala dan sahabat kerbaunya pun perawan desa yang bermanja pada sungai nafasnya juga pada ibu yang menuai padi sandaran nyawa

damai itu ada jauh dari riuh rendah gesekan hati murka manusia sirnakan kepentingan angkara rasa di sana di desa lereng bersahaja tempat jalma manungsa bertatakrama saling menyayangi sesama pada alam dan pada insan makhlukNya

* Jakarta - 24 Januari 2014

Ganendra

Sumber Gambar Ilustrasi

Baca juga Puisi:

1. Instagram Istana Geram 2. Bunga Jelata 3. Bunga Meritih 4. Nyanyian Sampah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline