Lihat ke Halaman Asli

Rachmat Pudiyanto

TERVERIFIKASI

Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

Tangis Sinabung

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13913160701911913398

***

pilu miris hati menatap awan gelap tanpa mentari dahulu parasmu selalu tersenyum berseri namun murka pedih kau lampiaskan kini hingga berjatuhan korban pengungsi saudara kami di tanah karo negeri

puncakmu sinabung letusanmu sambung menyambung muntahkan lahar dan kepulan asap membumbung derai tangis iringi pedih diantara abu gunung ratapan korban pilu perih berkabung

pada lahar deras yang kau tumpahkan simbol gumpalan menahun sebuah kekecewaan pada awan panasmu yang memanggang alam kehidupan gundahmu akan terpuruknya tulus kecintaan pada bumi dengan gempa kau goyangkan murkamu atas tingkah polah manusia peradaban

jika bencana adalah jalan dikehendakkan atas sebuah sinyal alam peringatan pada pembayaran karma dosa perbuatan yang sirna rasa perilaku tiada kesadaran kami mohon ampunan untuk perbaikan akan kesalahan

doa doa khusyu terpanjatkan akan asa cahaya dalam kegelapan atas prinsip keyakinan pada titik harapan pada kesadaran dari kelalaian yang mungkin sudah terlupakan

* ‘Duka untuk Korban Sinabung'

Jakarta - 2 Februari 2014 Ganendra

Sumber Gambar Ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline