***
pilu miris hati menatap awan gelap tanpa mentari dahulu parasmu selalu tersenyum berseri namun murka pedih kau lampiaskan kini hingga berjatuhan korban pengungsi saudara kami di tanah karo negeri
puncakmu sinabung letusanmu sambung menyambung muntahkan lahar dan kepulan asap membumbung derai tangis iringi pedih diantara abu gunung ratapan korban pilu perih berkabung
pada lahar deras yang kau tumpahkan simbol gumpalan menahun sebuah kekecewaan pada awan panasmu yang memanggang alam kehidupan gundahmu akan terpuruknya tulus kecintaan pada bumi dengan gempa kau goyangkan murkamu atas tingkah polah manusia peradaban
jika bencana adalah jalan dikehendakkan atas sebuah sinyal alam peringatan pada pembayaran karma dosa perbuatan yang sirna rasa perilaku tiada kesadaran kami mohon ampunan untuk perbaikan akan kesalahan
doa doa khusyu terpanjatkan akan asa cahaya dalam kegelapan atas prinsip keyakinan pada titik harapan pada kesadaran dari kelalaian yang mungkin sudah terlupakan
* ‘Duka untuk Korban Sinabung'
Jakarta - 2 Februari 2014 Ganendra
Sumber Gambar Ilustrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H