Lihat ke Halaman Asli

Rachmat Pudiyanto

TERVERIFIKASI

Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

Bunga Jelata

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1390246693835959779

*

hembus berhembuslah angin yang menyapu luka luka waktu diantara sayup rintihan dewi rembulan yang membisu pada fatamorgana yang membiaskan kenyataan menipu beralas nestapa di hamparan tiang tiang lusuh tak berbatu

rintih ratapan itu bukanlah nyanyian manipulasi yang berdendang menawarkan harga diri yang kau eja semau mau hati di tengah sorai penguasa belagu bernisan nurani pada sarang para penyamun istana banci

bunga jelata pilu dirundung sedan sedu atas dzolimnya setiap jengkal waktu dalam istana berbalut wajah wajah palsu yang kosong hati lupa pesan nurani Ibu yang kosong kepala alpa akan nilai sejati hidup itu

terang kemana kau pergi? tinggalkan jejak gelap yang tak tersudahi hingga bunga jelata itu menangis bertubi tubi dalam kuncup kuncup yang dulu indah mewangi layu tanggalkan sari indah sang bidadari akan pengayom yang tlah mati hati nurani

Tuhan penguasa segala waktu Maha Pengatur sempurna baik buruk itu yang mungkin bosan diantara rimba istana tak bermutu tapi tidak dengan bunga jelata akar rumput satu yang selalu dalam rengkuhan lengan lengan kasihMu

bunga jelata bunga kecil teruslah mekar berbunga indah nan mungil dalam luka luka terpaan martil penguasa lalim dan bathil yakinkanlah ... Tuhan masih Maha Adil

* Jakarta - 21 Januari 2014

Sumber Gambar Ilustrasi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline