Lihat ke Halaman Asli

Rachmat Pudiyanto

TERVERIFIKASI

Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

Bumi Gerah

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

***

resah gelisah sang dewa mentari gundah termenung di siang bolong dunia yang dikuasai tanpa hirau penghujan yang menyemangati kala sinarnya menyakiti tiada berbias cahaya indah pelangi

gerah menyengat terik membakar

tak hendak sinar kehidupan menghancurkan tak inginkan nafas nafas berpeluh dalam penderitaan tak harap kulit tunas layu menghitam tanpa harapan hingga dahaga makhluk, kering kerontang menyakitkan bermurung durja kala doa terpanjatkan

"mentari masihkah tersisa cinta? untuk penikmat hangat cahaya menghidupi segala makhluk dunia tanpa beda, semua sama?"

tidak! tidak akan! cinta tak berbatas perjalanan ber-adaku tiada halang ban cinde ban siladan cintaku adalah sejati murni kekal jelmaan Ilahi hingga akhir nanti

asal diri dicintai sepenuh hati makhluk penghuni bumi lepaskan segala perusak alam satu ikat nafas tali pada perilaku berbudi bagi semesta pada efek rumah kaca pada pemanasan global yang menerpa pada resah atmosfir oleh karbon dioksida

manusia jaga aktivitasmu jaga perilaku jaga bumi satu

***

Jogjakarta - 31 Maret 2014

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline