NO. URUT. 5
***
engkau menata pagi di sela embun yang bergulir di rebah dedaunan
senandungkan irama dini di awan selepas berlinang hujan
memeluk hangat fajar yang mengintip paras berkeringat di kejauhan
lalu jejak-jejak terukir di sepanjang pematang nadi kehidupan
setiap detik sejak waktu terbangun untuk melaju arungi peradaban
peluh adalah doa di sekian puluh usia
tangan renta adalah kasih yang lekat pertanda
membelai pori-pori indera kasih sayang sang belia
diantara ayunan langkah meretas laku di bibir nur cahaya
tak kau lihatkah mentari malu di sela pucuk-pucuk cemara?
tak kau rasakah semilir angin pagi menyelinap tersipu dibalik punggungnya?
tak kau dengarkan rinai hujan berjingkat perlahan kehilangan airmata?
adalah sang perempuan terbit di ujung subuh
yang menganyam bait-bait nafas kehidupan sauh
diantara nampan cermin semesta bersinar nun temaram
engkau teguh meniti terjal waktu kala terbit hingga terbenam
*
engkau menata pagi di sela embun yang bergulir di rebah dedaunan
senandungkan irama dini di awan selepas berlinang hujan
memeluk hangat fajar yang mengintip paras berkeringat di kejauhan
lalu jejak-jejak terukir di sepanjang pematang nadi kehidupan
setiap detik sejak waktu terbangun untuk melaju arungi peradaban
***
Jakarta - 1 Maret 2015
@rahabganendra
Sumber Gambar Ilustrasi