Lihat ke Halaman Asli

Bacaan sebagai Alat Pengorganisiran: Keberhasilan PKS

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalau Tak Ada Rembulan Mana Bisa Pungguk Rindu

Para rekan dan rekanita Kiri,
Bicara di antara rekan dan rekanita Kiri membuat saya deg-degan. Kurang lebih selama enam puluh purnama saya tinggal di lereng gunung, yang jangankan sosialisme, kata kiri saja tak pernah terdengar. Kalaupun kata kiri disebut paling-paling nasihat ibu kepada anaknya: kalau makan jangan pakai tangan kiri, kalau dikasih sesuatu jangan diterima dengan tangan kiri, kalau memberi jangan pakai tangan kiri, kalau angkat tangan di sekolah jangan pakai tangan kiri. Itulah, kata kiri selalu didahului kata jangan.

Di tempat saya tinggal yang tak begitu ramai itu, walaupun muda-mudinya ke mana-mana bawa telepon seluler—tentunya gaul dengan facebook dan twitter—tak pernah saya temukan bacaan Kiri. Sehingga ketika diminta ngomong hubungan bacaan progresif dengan pengorganisasian gerakan revolusioner, saya seperti kera yang tingak tinguk: kebingungan. Daripada nggak ngomong, saya bicara tentang meluasnya bacaan Islam hubungannya dengan meningkatnya suara PKS.

Majalah Hidayah merupakan bacaan yang sering saya temukan di rumah tetangga saya yang rata-rata menengah kebawah. Sesuai dengan namannya, majalah ini diterbitkan oleh komunitas Islam. Isinya membimbing umat Islam untuk mendapatkan hidayah—petunjuk di jalan Tuhan. Kalau saya tanyakan bagian apa yang disukai, dijawab rubrik kisah nyata. Yaitu, tentang seseorang yang mendapatkan laknat dari Tuhan karena perbuatan jahatnya. Bisa bermacam-macam bentuk laknat itu. Kisahnya konon nyata, diungkapkan dengan bahasa populer digabung gaya sastra. Agar lebih mantap, seringkali dilengkapi dengan pengambaran yang menyeramkan tentang berbagai akibat yang diterima para pendosa. Pembaca pun semakin bisa meresapi. Kisah-kisah yang konon nyata tersebut pernah juga diangkat menjadi sinetron televisi. Hasilnya sama: banyak disukai.

Simak penggalan kisah Sebelas Penjudi Tersambar Petir  dalam Majalah Hidayah:

“Namun, baru saja sepeda motor itu bergerak beberapa meter meninggalkan arena judi, suara ledakan berbunyi amat keras. Tar, tar, tar. Erik pun tersambar dan seketika itu pula terpental dari boncengan tukang ojek.”

Itu kisah Erik yang dilaknat Tuhan karena bermain judi. Ia tersambar petir dan tewas. Sehari sebelumnya istrinya melihat Erik di warung komplek pelacuran. Saat ditanya okeh istrinya apakah di warung itu, Erik menjawab tegas: biar disambar petir kalau aku berada di lokasi itu. Teman-teman judi Erik yang lain juga mendapat laknat: telingga terasa sakit sampai tuli. Kisah berakhir dengan pertobatan para penjudi itu. Mereka kapok berjudi.

Dari segi isi, Majalah Hidayah tergolong lengkap. Mulai dari tema Alam Gaib, Setetes Hidayah (pengalaman penganut agama lain yang masuk Islam), Nisa (rubrik perempuan), Ponpes (kisah-kisah seputar pesantren), Aktual, Tafsir (penjelasan secara populer ayat-ayat dalam al Qur’an), Keluarga Sakinah, Budaya Islam, Potret (profil para pendakwah), Fiqih, Ensiklopedia, Tips Kesehatan, Kajian Pustaka, Kosultasi Zikir, Kosultasi Keluarga Sakinah sampai Konsultasi Fiqih.

Di antara majalah-majalah Islami lainnya, Majalah Hidayah yang paling laku di pasaran. Setiap edisinya—terbit sebulan sekali—memiliki 2, 1 juta pembaca. Sekali lagi: dua koma satu juta. Saya tak tahu pasti, apakah majalah kelas menengah perkotaan seperti Tempo memunyai pembaca sebanyak itu.

Biasanya, setelah terbit yang berlangganan membaca terlebih dahulu. Setelah itu, beberapa hari kemudian tema utama diceritakan bak seorang propagandis profesional. Tepat ngrumpinya bukan tempat yang formal, tapi tempat yang santai seperti ketika berbelanja sayur atau ketika memberi makan anak kala sore hari. Karena diceritakan dengan berbagai ekspresi dan bahasa yang memikat a la orang-orang kampung, akhirnya si pedengar tertarik, dan meminjam. Begitulah majalah Hidayah menyebar hingga dibaca oleh dua koma satu juta orang.

Bagi keluarga Islam yang terdidik dan lebih ideologis, Majalah Sabili bacaannya. Majalah ini politis. Tema-tema politiknya lebih banyak serangan terhadap imperialisme Amerika Serikat maupun Yahudi di Israel. Tema-tema seperti ini terus menerus diangkat setiap edisinya dengan sudut pandang yang berdeda-beda. Hubungan politik juga ditunjukkan dengan memberikan dukungan secara terbuka kepada partai idola saya: PKS. Majalah ini memang tidak bisa dilepaskan dari jaringan Tarbiyah—organisasi yang menjadi janin PKS.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline