Lihat ke Halaman Asli

Ragile (Agil)

seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

Nikah Siri Menurut Arab-Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13740572811205558910

[caption id="attachment_267079" align="aligncenter" width="588" caption="Princess Ameerah of Saudi (sumber: getty images)"][/caption] Kabar nikah siri Luthfi Ishaaq dengan Darin Mumtazah menyiratkan adannya "tradisi" nikah rahasia gaya keturunan Arab di Indonesia. Langkah dua sosok kontroversial ini bisa-bisa disalahpahami pemirsa. Benar nggak sih nikah siri sudah jamak di kalangan Arab? Mari kita lihat fakta. Hingga umur 50th lebih saya udah ubek-ubek keluarga keturunan Arab di pulau jawa dan sumatra. Ada sebagian laki yang punya istri muda, kira-kira 20%. Atau maksimal 1 di antara 5 laki punya istri muda alias poligami. Mereka terang-terangan kawin dengan beristri lebih dari satu. Namanya juga kawin tercatat di KUA maka tergolong nikah resmi. Tapi... Sungguh saya tidak pernah atau hampir tidak pernah dengar ada yang nikah siri. Setau saya nikah siri amat sangat tidak dikehendaki di kalangan keluarga berdarah Arab. Baik mereka yang tinggal di Indonesia, Saudi, Yaman sama-sama emoh nikah siri, nikah kontrak, dll. Memang ada sih yang nikah siri, tapi hanya untuk sementara. Bila ini terjadi biasanya berlanjut menjadi nikah resmi pada 3 hingga 6 bulan berikutnya. Kebetulan penulis adalah bagian dari mereka karena penulis berayah Arab dan beribu Jawa. Jadi insyaallah saya nggak asal jeplak dalam perkara ini. Oleh karena itu bila benar Darin Mumtazah - konon keturunan Arab Cirebon - nikah siri dengan yang mulia Presiden PKS Tuanku Lutfi Hasan Ishaaq maka itu kejadian langka di kalangan keluarga Arab. Pada prinsipnya dan menurut tradisi Arab, nikah itu harus diumumkan kepada khalayak, bukan ngumpet-ngumpet, bukan pula ngibulin bini tua di rumah seolah-olah tidak punya "bini alternatif" di luar rumah. Kecuali kepepet/kebelet, hehe. *) nulis artikel ringan gak usah panjang2 kayak mau khotbah berbusa-busa. Tapi... biar pendek asal nancep. *** Ragile ( Agil bin Abdullah Albatati )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline