[caption id="attachment_228629" align="aligncenter" width="480" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
KISAH NYATA.
Anda dan saya mungkin termasuk penggemar pijat "krek" di leher dengan hentak kiri - hentak kanan. Rasanya nikmat. Tapi tahukan Anda bahaya mematikan yang akan Anda sesali seumur hidup? Baikan saya bagikan kisah nyata yang menempi ibu kandung saya sekitar 3 bulan yang lalu.
Sehabis lebaran Idul Fitri Agustus 2012 ibu saya kecapaian. Maklum rumahnya di kampung wilayah Brebes Jawa Tengah kedatangan anak cucu. Seperti biasanya ibu saya yang telah berumur 72 tahun minta pijat seluruh badan. Setelah itu dilanjutkan dengan pijat "krek" di leher. Hentak kanan- hentak kiri dilakukan oleh keponakan laki yang berbadan kekar. Krek. Krek. Bereees!
Sudah biasa...
Rupanya kebiasaan pijat itu berakibat musibah fatal. Ibu saya lupa sedang dalam keadaan KRAM ketika meminta pijat krek di leher. Keadaan KRAM itulah konon mengakibatkan tulang atau urat tengkuk patah atau geser. Sejak itu ibu saya menderita nyeri luar biasa. Setiap duduk maupun tidur selalu menahan nyeri tak tertahankan. Jerit-jerit dan meraung-raung seperti orang disetrum. Terpaksa kedua tangan dijadikan alat menopang leher.
Ini murni kecelakaan Menurut saksi-saksi keluarga kami, ya insiden di atas adalah murni kecelakaan. Pijet terjadi atas permintaan ibu ku sendiri. Dan hentakan ke leher juga normal seperti sebelumnya. Mungkin keadaan KRAM itulah penyebab putus urat atau patah tulang di tengkuk belakang leher. Ini juga kejadian pertama di keluarga besar saya.
Kecelakaan pijat baru disadari dua bulan kemudian:
Setelah periksa dokter ditemukan hasil rongen yang menunjukkan gambar titik hitam di tengkuk. Di tengkuk memang ada benjolan sebesar jempol orang dewasa. Benjolan inilah pusat nyeri yang membuat ibu susah makan, susah tidur, susah bergerak. Selalu jerit-jerit menahan sakit di batang leher. Dua bulan kemudian badan kurus kering, susah bicara, lumpuh.
Tiga bulan kemudian, 3 Desember 2012, ibu saya meninggal dunia.