Lihat ke Halaman Asli

Ragile (Agil)

seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

Desparado Ngenyek Orang Jawa Gaya Ruhut Sitompul dan Melani Meilena

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beginilah bila politisi gagal mengakui kekalahan. Kemudian desparado cari-cari masalah untuk menghina pemenang. Suku Jawa pun jadi sasaran dosa atas kemenangan Jokowi pada Pilkada Jakarta. Begitulah desparado ala pengusung Foke yaitu Ruhut Sitompul dan Melani Meilena. Mungkin dengan harapan agar mereka lepas tangan dari tanggung jawab karena dikalahkan faktor suku, bawaan lahir, benda mati.

Dua petinggi Partai Demokrat itu dengan gegabahnya "ngenyek" pemilih seakan begitu bodohnya milih kandidat hanya karena sesama suku.

Dikutip dari situs BeritaPolitik, 12 Juli 2012. Kata Ruhut Sitompul Ketua Partai Demokrat, "Saya tidak bicara SARA, tapi ini fakta mengapa Jokowi unggul karena dia dari Jawa."

Dikutip dari sumber yang sama. Menanggapi kemenangan Jokowi, berkatalah Melani Meilena, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, "Kami melihat di DKI Jakarta banyak Jawa-nya daripada Betawi."

Jelaslah dari statement di atas Mereka hendak menyampaikan pesan kepada publik bahwa kemenangan Jokowi semata karena faktor solidaritas etnis/suku. Dengan demikian Foke harus terima nasib apes karena terlahir dari rakhim suku Betawi. Dus, mereka berdua, pengusung Foke, tidak boleh dimintai tanggung jawab kenapa jagoannya kalah. Karena di luar jangkauan nalar... * Kesannya seperti itu.*

Benarkah semua itu?

Ternyata bohong besar. Buktinya kandidat dari Jawa lainnya terkapar jauh. Itulah Hidayat Nur Wahid yang berpasangan dengan Didik Rachbini, hanya memperoleh suara 11%. Sementara Foke (Betawi) 34%, Jokowi (Jawa) 43%. Bila tuduhan Ruhut dan Melani benar seharusnya bertukar tempat Foke dengan Hidayat dalam perolehan suara. Toh dua-duanya tokoh publik sama-sama dikenal luas. Tapi tidak demikian bukan?

Semua warga tau...

Meskipun semua Lembaga Survey menempatkan Foke sebagai unggulan teratas namun warga Jakarta punya kebijakan sendiri. Pilkada DKI Jakarta pada 11-07-2012 memberi peluang warga untuk unjuk rasa secara damai lewat pemungutan suara. Pernah 30 tahun saya tinggal di Jakarta hingga September 2011, keluhan warga pada jaman Gubernur Fauzi Bowo (Foke) umumnya adalah sbb:

1) katanya Bang Foke jagonya Jakarta, paling tau tentang Jakarta, koq 5 tahun nggak bisa ngatasi banjir, macet jalanan, kerawanan sosial.

2) katanya putra asli Betawi perlu diberi jatah jadi Gubernur Jakarta karena pasti lebih jago, koq setelah Foke diberi kesempatan tidak lebih baik daripada Gubernur sebelumnya yaitu Sutiyoso (suku Jawa)?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline