Lihat ke Halaman Asli

Ragile (Agil)

seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

Langkah Jujur Untuk Menyikiti Diri: Memagari Jenis Nama

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya sering kehabisan kata-kata ketika menemukan orang yang begitu keras menyempitkan dunia. Luasnya dunia koq mereka sempitkan dengan pagar-pagar ciptaan sendiri. Namun anehnya mereka sangat membutuhkan dukungan orang yang mereka pagari dan pada saat yang sama jaga jarak agar tetap berada di luar lingkarannya. Paling tidak agar permanen di luar pagar-pagar pertemanan made in mereka itu.


Tapi lucunya, nah ini dia lucu sekali, di belakang layar malah suka curhat kepada orang yang mereka pagari. Gimana nggak lucu? Mereka tidak ingin orang lain tau bahwa mereka curhat diam-diam. Tambah lucu dong, sering menuntut kejujuran tapi koq begitu?


Contoh kasus... Sebetulnya apa sih yang dicari orang itu?


Ada orang yang menolak berteman dengan siapa saja yang tidak menggunakan nama asli. Alasannya katanya itu tanda nggak jujur. Oh, ya? What's the problem? Masa sih nggak ngerti ada nama pena (nick name) dan ada nama panggung. Dua-duanya merujuk bukan nama asli pada KTP. Dua-duanya diterima dalam budaya manapun. Dari jaman duluuu...


Anehnya koq nama pena/panggung disebut sebagai nama palsu dan katanya tanda-tanda ketidakjujuran.


Oke. Kalo benar begitu maka gimana tuh dengan nama-nama pena/panggung ini?... HAMKA, Evie Tamala, Gepeng, Pele. Pertanyaan: apakah dia yang bilang itu lebih jujur dari 4 nama tsb? TIDAK!!! Saya berani bilang "tidak" karena saya tau siapa dia dan sudah saya selidiki siapa dia luar dalam. Caranya gimana rahasia dong, hahaha.


Coba kalau mau jujur-jujuran mari kita ukur:


Pertama... Kenapa di depan umum tidak mau berteman dengan orang yang tidak pakai nama asli, tapi di belakang layar suka curhat panjang lebar kepada orang itu? Tahukah dia bahwa dia telah menipu diri dan membohongi publik?


Kedua... Mana buktinya bahwa kejujuran diawali dengan nama akun atau nama profil yang menggunakan nama asli? Tahukah dia ada ribuan orang yang cuma bernama "Budi", "Slamet", "Sumiyati"? Kalo mereka sama-sama penulis/artis bagaimana membedakannya? Itulah gunanya nama pena/panggung.


Ketiga... Tahukah mereka dengan bikin pagar2 tsb telah mempersempit dunianya sendiri dan terpaksa sering berbohong karena ternyata butuh orang2 di luar pagarnya?


Keempat... Jujurlah kalau dipuji-puji oleh nama jenis apapun seneng bukan maen, tapi kalau dikritik barulah mempertanyakan nama orang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline