Lihat ke Halaman Asli

Ragile (Agil)

seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

Pengalaman Ragile Mengendalikan Akun Fiktif dan Akun Omprengan

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

BARANGKALI ini ada gunanya untuk Anda. Dua macam akun di kompasiana itu pernah saya punya dan baik-baik saja. Sebagian kecil orang tau tapi hampir tidak ada yang tau alasan persis kenapa saya sengaja piara akun fiktif dan akun omprengan.


Inilah cerita asli dari saya si empunya.


AKUN FIKTIF


@Ragile ini adalah akun fiktif sejak saya gabung Kompasiana tanggal 9 Mei 2009. Akun fiktif ini bertahan kira-kira selama 6 bulan. Mengapa? Karena pada saat itu saya sedang menghadapi masalah pelik di dalam rumah dan di kantor. Saya tidak mau menggunakan nama asli AGIL beserta foto asli. Jangan sampai ada orang baca lalu jadi masalah rumit di kompasiana, di rumah, di kantor.


Untuk itu saya pakai nama Ragile, hasil ngarang2 sendiri, tanpa foto, tapi ada keterangan lahir awal 1960an. Tidak lebih dari itu. Masuk kompasiana pun masuk sendiri, tanpa kenalan, baru pertama kali ngeblog, otodidak, ngumpet2 posting di Warnet. Sering jantung berdebar-debar takut ketauan orang.


Kenapa saya takut buka diri?


Sangat sadar saya punya pandangan jauh beda dalam perkara agama dan politik yang bersebrangan jauh dengan keluarga dan temen di kantor. Sadar postingan saya berisi kritikan tajam dan keras. Kebetulan dua jenis tema agama dan politik itulah hobi utama bacaan dan tulisan. Maka demi melindungi karir ngeblog terpaksa pakai nama Ragile tanpa keterangan jelas.


Andaikata Admin maksa saya buka diri, woiiiii mendingan cabut dari Kompasiana.


Namun ketika saya udah siap mental menghadapi resiko menulis, ketika berani buka identitas komplit, katakanlah pada akhir 2009, nama Ragile terlanjur dikenal. Malah ditambahi pangkat "Engkong" oleh @Babeh Helmi, Kompasianer Terfavorit 2011. Maklum secara umur saya udah bau tanah. Sejak itu pula urung niat ganti nama menjadi asli yaitu Agil (nama sesuai ijasah dan KTP).


Sebetulnya Agil adalah nama ketiga. Lho? Ketika ceprot lahir saya diberi nama "Rachmat" oleh ibu. Kemudian penyakitan sampai nyaris tewas, maka sesuai tradisi Jawa kampung diganti nama "Slamet". Eh, penyakitan lagi nyaris tewas untuk kedua kali maka ganti lagi jadi "Aqil" oleh abah/ayah. Aqil dalam bahasa Arab artinya berakal. Tapi orang salah ucap atawa salah dengar ahire final namaku "Agil", selaras lidah tetangga.

Itulah namaku hingga kini, pemberian ayahku, Abdullah bin Said Albatati kelahiran Brebes Jawa Tengah, anak dari kakekku Said Albatati kelahiran Hadramout Yaman. Garis ayahku darah Arab, garis ibuku darah Jawa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline