Lihat ke Halaman Asli

Ragile (Agil)

seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

Putera Sampoerna Bisnis Perbudakan Kepada Siswa yang Dibantu?

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tadi saya berselancar di dunia maya. Lalu nyangkut di blog Aaangirfan yang membahas pengasuh Obama bernama Evie, waria miskin yang pernah jadi PSK. Di sana ada komentar Jakartass. Saya mampir ke lapak Jakartass Net yang membahas aktifitas sosial bisnis Putera Sampoerna. Di sinilah saya temukan postingan yang menilai Putera Sampoerna melakukan perdagangan budak (slave trade) yang tercela.


Alasannya? JAKARTASS merujuk kepada interview Mariel Grazella Putera Sampoerna di harian The Jakarta Post tanggal 5 Maret 2012 berjudul "Banking on Equities of Leadership and Social Business". Jakartass Net menanggapinya pada tanggal 8 Maret 2012 dengan judul "PUTERA SAMPOERNA SLAVE TRADER?". Mari kita uji benarkah insan super tajir pewaris HM Sampoerna melakukan perdagangan budak atau setara dengan itu?


Sekilas Latar Belakang dan Latar Depan Putera Sampoerna:


Tahun 1913 konon awal berdiri HANDEL MAASTCHAPIJ SAMPOERNA. Kemudian ganti nama menjadi Hanjaya Mandala Sampoerna atau disingkat HM Sampoerna. Bukan Haji Muhamad Sampoerna, lho! Sebuah raksasa bisnis rokok Indonesia yang bermarkas di Surabaya. Keluarga Sampoerna sungguh tajir, terbukti tahun 2005 menjual sahamnya ke Phillip Morris senilai $5,2 milyar atau sekitar 5 trilyun Rupiah. Itu baru bicara PT HM Sampoerna belum termasuk jamaah bisnis lain di bidang pertanian, real estate, keuangan, dan konon perjudian.


Kepada Jakarta Post Putera Sampoerna (57) menjelaskan aktifitas sosialnya melalui yayasan Putera Sampoerna Foundation (PFS) dalam kaitannya dengan sekolah bertaraf internasional Sampoerna Academy (SA). Dua lembaga yang dikuasai dan dibentuk sejak 2001 dari usaha HM Sampoerna (HMS). Inilah ringkasannya dengan penjelasan mengutip situs resmi PSF:


1) FPS menjaring siswa SMA miskin untuk disekolahkan di SA dengan tujuan menciptakan calon pemimpin sebanyak 1000 orang pertahun. FPS menyediakan segala kebutuhan siswa hingga lulus, mampu ngoceh bahasa Inggris dan siap melanjutkan ke universitas manapun yang bertaraf internasional.


2) FPS menjaring siswa SMA dengan memilih dari 5% ; mereka yang terpandai, terlapar, dan termiskin. Mereka akan diasuh FPS yang akan menanamkan ke dalam DNA mereka berupa 3 unsur jiwa yaitu: kepemimpinan, kewirausahaan, dan kembali ke masyarakat.


3) Setelah lulus siswa wajib mengembalikan biaya pendidikan selama 3 tahun sebesar $15000 atau sekitar Rp.135juta kepada PSF.


4) Setelah siswa mendapat pekerjaan maka WAJIB HUKUMNYA MEMBAYAR 20% dari upah kepada FPS, berlaku SEUMUR HIDUP!


5) Etung-etungan di atas sejalan dengan semangat bisnis sosial model micro financing gagasan Muhamad Yunus dari Banglades. Dan,


6) sesuai dasar hukum syariah maka tidak dikenakan bunga berbunga alias riba.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline