Lihat ke Halaman Asli

Ragile (Agil)

seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

Arab Traitor: Emir Qatar & Aljazeera

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Qatar hanya negara kecil di jasirah Arab. Tapi mendadak "superpower" sejak punya senjata media yaitu Aljazeera Network. Jaringan TV dengan pelanggan tak kurang dari 50juta. Negara Barat pun mengakui media mereka sudah ditekuk Aljazeera untuk liputan di wilayah Arab dan Afrika. Jadilah Mentri Luar negeri Amerika Hillary Clinton cari akal melipat Aljazeera.


Tak mampu menaklukkan, jadikan teman.


Upaya pendekatan dan deal politik Washington dengan keluarga Emir Qatar berlangsung sukses. Sebagai penguasa atau Emir Qatar, Hamad bin Khalifa al Thani menyadari mendia massa adalah senjata. Sejak Maret 2011 Aljazeera dihandle langsung oleh Emir Qatar. Pelan tapi pasti media kebanggan Arab tsb ganti haluan. Bukan lagi penyambung suara rakyat Arab tapi jadi mesin perang NATO kerja bareng CNN, BBC, France24.


Sebagai mesin perang Aljareera sukses bikin dan menyebarkan gambar dan video palsu. Tak peduli itu pelanggaran serius bagi jurnalis bila melakukan hasutan perang. Misalnya: Seakan terjadi pembantaian di Tripoli Libya. Padahal direkaya di studio alam oleh kru Aljazeera. Kebetulan penasehat teknis dan salah satu pendiri Aljazeera adalah orang Israel.


Berita "kebiadaban Presiden Khadafi" oleh Aljazeera cukup memadai demi pretext for war atau dalih untuk perang. Pasukan NATO pimpinan Amerika menyerbu Libya sama seperti ketika menyerbu Afganistan.


Proyek berikutnya adalah Syiria.


Aljazeera menyiapkan gambar kota dan alun-alun boong2an tiruan dari Syiria. Gunanya untuk bikin video dan gambar palsu. Seakan ribuan rakyat dibantai pemerintah Syiria. Seakan rakyat menuntut presiden mundur. Seakan pembrontak dijunjung rakyat. Dengan modus seperti ketika menghancurkan Libya, Aljazeera di tangan Emir Qatar jadi mesin perang amat efektif. Pangkalan militer raksasa milik Amerika ada Qatar. Pasukan tempur siap serbu, menunggu propaganda dan hasutan berita dari Aljazeera.


Tapi dunia tidak lupa sejarah. Bahwa apa yang terjadi di Timur Tengah dan Iran bukan proyek dadakan. Karena tercatat bahwa pada tanggal 15 September 2001 Presiden George Bush mencanangkan 7 perang. Yaitu di Afghan, Irak, Syiria, Libya, Lebanon, Iran, Yaman. Rencana Perang tsb setelah mendapat pretext for war dari serangan teroris 11 September 2001. Sebuah tragedi yang misterius karena diduga didalangi oleh konspirasi elit Amerika, Inggris, Israel, Saudi, dan Pakistan.

(*CATATAN: Emir Qatar punya ambisi luar biasa besar. Dia hendak memposisikan diri sebagai pemimpin dunia Islam. Pada tahun 2009 dia tidak sungkan-sungkan menyebut Raja Saudi sebagai keropos yang harus ditumbangkan. Sekarang sibuk menumbangkan tetangga yang dianggap saingan. Tak peduli negeri tetangga hancur dikoyak perang sodara).

Dari Damaskus Menuju Teheran

Kini Syiria sedang dituntaskan oleh mesin perang paling jago nipu pemirsa TV yaitu Aljazeera. Iran nunggu giliran setelah Damaskus jatuh. Belakangan Emir sibuk lakukan kunjungan rahasia ke Tel Aviv. Maka Emir Qatar layak dianugerahi bintang jasa dari para pembunuh sipil yaitu serdadu NATO. Sedangkan bagi Arab dan pemirsa Aljazeera yang terlanjur percaya lain lagi. Mungkin hanya mengutuk "Emir Qatar Si Penghianat Besar!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline