Lihat ke Halaman Asli

Ragile (Agil)

seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

Selamat Tinggal Sri Mulyani, Selamat Tinggal Boediono

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya kira rakyat Indonesia sudah cukup sabar menanti perbaikan ekonomi. Apadaya motor ekonomi Boediono dan Sri Mulyani sejak 2004 gagal memberi harapan. Yang membekas malah bancakan uang rakyat pada skandal bank Century. Boediono dan Sri Mulyani gagal mengatasi kasus tsb di mana keduanya meninggalkan jejak otoritas.

Diangkat jadi Wakil Presiden tapi kalah gesit dari Jusuf Kalla, itulah Boediono. Ditanya tentang skandal Bank Century malah mlencing ke Word Bank, itulah Sri Mulyani. Tau-tau ada yang ngimpi Sri mulyani diplot jadi Presiden pada 2014. Ngimpinya siapa dan untuk berbakti kepada siapa? George Soros? Rockfeller? Rothchilds?

Sekarang kian jelas tanda-tanda keruntuhan Amerika. Kehancuran sistem finansial global. Bahkan George Soros, maha guru bagi Boediono dan Sri Mulyani sudah meramalkan. Bahwa Amerika bakal mengalami kerusuhan sosial. Perang antar kelas sosial. Peningkatan tindak anarki dan gejolak sosial. Lumpuh ekonomi. Kemudian menuju negara polisi, tiran, otoriter.

Good bye American Dream.

Barangkali lupa silakan baca lagi ramalan George Soros di sini:
http://rt.com/usa/news/george-soros-class-war-619/

Sejak jaman Presiden SBY 2004. Indonesia di bawah arahan sistem ekonomi dan keuangan oleh Boediono dan Sri Mulyani. Keduanya penganut paham ekonomi liberal gaya Amerika. Di mana sektor strategis milik bangsa dijual kepada swasta. Ujung-ujungnya lahir konglomerat penjajah ekonomi dan politik bangsa sendiri. Arahnya globalisasi. Ujung-ujungnya sumber kekayaan pindah tangan ke swasta asing.

Alhasil setelah dipikir-pikir. Bangsa Indonesia sudah selayaknya kapok diarahkan dan dibimbing oleh Boediono dan Sri Mulyani. Bangsa ini sudah bosan jadi sapi perah oleh pengusaha domestik dan pengusaha asing. Bangsa ini sudah muak melihat politisi dan wakil rakyat dibeli oleh pengusaha dan demi kepentingan pengusaha. Bangsa ini sudah kurus kering jadi ATM bagi mereka di New York, London, Paris, Munchen, Tokyo, Singapore.

Cukuplah sampai di sini wahai Boediono dan Sri Mulyani. Selamat tinggal Boediono. Selamat tinggal Sri Mulyani. Silakan kembali ke habitat anda-anda di IMF dan World Bank, kaki tangan pengusaha multinasional.

Mohon maaf, yang kami cari adalah pejabat, ekonom dan intelektual yang berpihak kepada rakyat banyak. Seperti Bung Hatta! Seperti Bung Karno!

Ragile, 26jan2012.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline