Kereta Api Cirebon Express (dok #1) Polisi khusus diam-diam rajin memukuli pedagang asongan di atas kereta api. Seorang pedagang babak belur lalu loncat dari kereta api yang sedang melaju kencang, kakinya patah hingga dirawat di rumah sakit 3 bulan. Stasiun kereta api di kota-kota besar di pulau Jawa jadi ajang pelacuran anak bawah umur di malam hari. Sementara itu Toilet Gratis di stasiun kereta api ternyata bohong-bohongan belaka. Semua itu sangat samar tertutupi kemegahan stasiun, kecuali Anda mengintip dengan cermat apa yang sebetulnya terjadi - khususnya sepanjang malam hari. Sepuluh hari saya menginap secara bergantian di stasiun-stasiun besar Jakarta dan Jawa Tengah sekitar pertengahan Juli 2011. Saya temukan beberapa kemajuan sekaligus keganjilan. Berbicara dengan beberapa petugas sipil, polisi, penumpang, pedagang di dalam dan luar stasiun kereta api membuat saya tahu beberapa perkara yang hanya dibicarakan secara bisik-bisik. Umumnya mereka takut membicarakan masalah-masalah penting, misalnya: penganiayaan pedagang asongan oleh polisi khusus kereta api, penyimpangan seks di stasiun bagian tepi, toilet gratis, dan penumpang tanpa tiket. Ketakutan mereka buka mulut sungguh beralasan karena menyangkut nasib mereka jika ketauan bisa berakibat celaka. Oleh karena itu semua nara sumber tidak disebut nama dalam postingan ini. * 13117946041997761366
13117950062041940704
[/caption] B. PENUMPANG TANPA TIKET DILARANG TAPI BISA KALAU... Di setiap stasiun besar sejak Maret 2011 terpampang spanduk berbunyi bahwa penumpang yang ditemukan tidak beli tiket akan dikenakan hukuman yaitu dipaksa turun di stasiun berikutnya yang terdekat. Misalnya bila Anda naik dari Stasiun Jatinegara Jakarta Timur (misal naik Senja Utama) maka akan diturunkan di Stasiun Klender Jakarta Timur. Menurut kesaksian banyak orang peraturan ini sangat tegas dan efektif. Menurut seorang petugas kereta api dan pedagang asongan di Jawa Tengah peraturan tersebut hanya berlaku untuk kereta kelas eksekutif dan bisnis (misal Argo Gede, Senja Utama, Cirebon Express). Tapi bisa damai untuk kelas ekonomi (misal: Tegal Arum, Kaligung, Brantas). C. TOLIET GRATIS TAPI NIPU Semua tolitet resmi di stasiun kereta telah diberi label toilet gratis. Penumpang perempuan paling kecewa dengan fasilitas toilet gratis. Kenapa? Di pintu deretan toilet terpampang tulisan besar "TOILET GRATIS". Itu janjinya. Faktanya? Sungguh menyakitkan: 1) Stasiun kereta Jatinegara Jakarta Timur: toilet dikawal dua petugas. Yang satu sibuk membersihkan lantai toilet, yang satu lagi duduk depan pintu untuk memungut tarif Rp.1000,- per pemakai. Tidak memaksa tapi pemakai tidak enak hati karena disuruh bayar secara halus. 2) Stasiun kereta Tawang Semarang: toilet tidak terurus, jorok. Justru toilet milik swasta yang terletak di sayap kanan dan sayak kiri dalam stasiun dengan label "WC UMUM" sangat terurus. Kesannya jelas: Pergilah ke WC UMUM yang bayar itu. 3) Stasiun kereta Tegal: toilet resmi (gratis) rusak pintunya, tanpa handle, tanpa selot kunci. Hanya disediakan seember besar air, kran mati, bau pesing menyengat. Perempuan pasti tidak jadi masuk setelah melihat keadaan demikian. Mana mungkin buang air kecil/besar dengan pintu tanpa kunci? Tapi jangan watir di sayap lain tersedia TOILET UMUM milik swasta. Pesannya jelas: Pakailah TOILET UMUM yang bayar itu.13117951342030074436
Stasiun Jatinegara (dok #4) D. MUSHOLA DI TANGAN PIHAK KETIGA? Di Stasiun Tegal sepertinya telah terjadi swastanisasi Mushola dalam stasiun. Saya diusir ibu-ibu dari Mushola pada pukul 7 pagi. Dia bilang sudah capai dinas sejak malam. Begitu saya keluar lalu mushola dikunci. Ibu-ibu tsb bukan pegawai kereta api. Dia adalah pedagang kaki lima yang mangkal di sebelah pintu mushola sambil menjaga penitipan sandal/sepatu serta memungut Rp.1000,- dari orang yang habis sholat. Sebagai "Orang Tegal" seingat saya Mushola di stasiun Tegal selalu terbuka siang malam. Baru kali ini mushola dikunci rapat-rapat di pagi hari, bukan oleh pegawai stasiun tapi oleh pedagang kaki lima. Dalam bahasa jawa Tegal saya komentar dalam hati begini: "Idih, ana-ana bae... Pan sembahyang digawe angel?" ( Duh, ada-ada aja... mau sholat dipersulit?). E. PELACURAN ANAK BAWAH UMUR Entah di Jakarta, Tegal, Semarang, Cirebon sama saja. Stasiun kereta api di malam hari jadi ajang seks bebas dan pelacuran. Sebagian melibatkan anak-anak bawah umur. Jika Anda masuk peron semua itu tidak tampak. Sekan tidak ada. Cobalah 100 meter dari peron. Bila berjalan ke tepi stasiun maka Anda akan menyaksikan berbagai macam operasi pelacuran. Dari yang terang-terangan di dalam gerbong yang parkir di Jatinegara Jakarta Timur. Hingga yang samar-samar di stasiun besar lain di Jawa Tengah plus Cirebon. Maka tak heran jika para pedagang asongan kereta api yang saben hari cari nafkah di stasiun sangat kawatir jika anak mereka masuk wilayah stasiun di malam hari untuk bermain. Mereka takut anaknya jadi rusak. Mereka bilang begini: " di stasiun kehidupan sangat keras dan berbahaya untuk anak-anak. Banyak anak kecil 'dipakai' oleh pelacur dan waria. Saya tidak mau anak saya rusak masa depannya. Jadi pedagang asongan juga saya terpaksa." *** Jakarta, 28-jul-2011 *)Terkait keganjilan di atas Kereta Api Indonesia menyangkut nasib dan prilaku masinis serta penumpang tanpa tiket silakan baca postingan di Kompasiana.com pada Oktober 2010 di bawah ini. Entah kebetulan atau tidak PT Kereta Api Indonesia bisa jadi menanggapi. Indikasinya dengan mulai gencar ambil tindakan tegas membrantas penumpang kereta api tanpa tiket sejak Maret 2011 ( 5bulan kemudian): Simpati Pada Pengakuan Masinis Kereta Api *) sumber gambar ilustrasi #1: flickriver.com, #2=gressnews.com, #3:jendelaberita.com, #4=flikr.com