[caption id="attachment_92627" align="aligncenter" width="726" caption="Taman Bunga Indonesia (dok indnetwork.co.id))"][/caption]
Sangat menarik menyimpak reportase Aljazeera English (AJE) tentang Indonesia dan Timor Leste. Penilaian Aljazeera akan berdampak kuat dalam percaturan dunia mengingat jaringan media elektronik ini terunggul di dunia sejak januari 2011. Dengan pemirsa setia sekitar 50 juta di Timur Tengah dan 100 juta secara keseluruhan di dunia, suara Aljazeera ibarat rapot tidak resmi yang menjadi rujukan seluruh dunia.
Pesan dan peran "digital diplomacy" sangat penting, apalagi dari media berreputasi tinggi sekelas Aljazeera. Di samping posisinya sebagai ujung tombak gerakan revolusi demokrasi Arab dan simpatisan negara berkembang. Dalam perkara ini saya sependapat dengan aktivis Afghanistan Malalai Joya bahwa kini ada dua super power yaitu Amerika dan Opini Publik.
[caption id="attachment_92635" align="aligncenter" width="450" caption="Indonesia"]
[/caption]
INDONESIA
4 Februari 2011 koresponden Aljazeera Step Vaessen melaporkan dari Jogyakarta. Indonesia dipuji sebagai negeri mayoritas muslim terbesar di Dunia yang menawarkan model Islam dan Demokrasi bergandengan tangan. Namun bukannya tanpa kritik. Dalam reportase di halaman muka Aljazeera English berjudul "Indonesia's Flourishing Democracy" digarisbahawi bahwa problem utama Indonesia adalah korupsi dan tindak kekerasan.
Saya menilai dampak politis-ekonomis dari reportase tsb adalah sbb: 1) Indonesia adalah negara modern dalam demokrasi dan toleransi beragama, 2) Indonesia sedang dalam masa perjuangan melawan korupsi dan aksi kekerasan, 3) Tidak ada alasan Indonesia ikut-ikutan revolusi model Arab 2011, 4) Indonesia menikmati promosi gratis untuk investasi dll yang tidak mampu diraih oleh prestasi Mentri Luar Negeri, Mentri Perdagangan dan Mentri Pariwisata.
Khusus mengenai Revolusi Rakyat Arab 2011 adalah jelas demi menuntut hak rakyat bersuara dan berpendapat. Sekalian tumbangkan rezim tiran yang membungkan suara rakya hampir di seluruh Timur Tengah. Bahkan Raja Saudi buru buru bagi bagi fulus kepada rakyat sepulang berobat 3 bulan di luar negeri. Namun tidak ada jaminan rakyat Saudi tidak berontak ikutan negeri tetangga. Maka sangat menggelikan dengar FPI dan FUI akan gelar revolusi rakyat Indonesia hanya karena kasus Ahmadiyah. Ngimpiiii...???
Selama ini FPI dan FUI terindikasi berpolitik dengan platform Saudi oriented. Menampik demokrasi dan HAM dengan alasan tidak tercantum dalam ajaran Islam. Bukankah mestinya FPI dan FUI yang wajib hukumnya direvolusi oleh rakyat Indonesia?
[caption id="attachment_92636" align="aligncenter" width="549" caption="Indonesia"]
[/caption]
Sebagai bangsa Indonesia saya ucapkan terimakasih atas andil positif Aljazeera Network dari Qatar, mengingat kabar di luar negeri tentang indonesia tidak jauh dari berita kerusuhan, bencana alam, dan terorisme. Pokoke sedih deh. Sehingga luntur kepercayaan dunia luar kepada nusantara. Kini, Demi kepentingan nasional saatnya pejabat tinggi negara Indonesia manfaatkan diplomasi digital dengan Aljazeera. Western minded sudah usang dan tidak menguntungkan. Beri bantuan ujung ujungnya turut campur RT NKRI.
TIMOR LESTE