[caption id="attachment_211016" align="alignleft" width="284" caption="Presenter Gossip koq dipercaya... (junarto. wordpress.com)"][/caption] Tak bisa dipungkiri bahwa infotainment di televisi berdampak luas. Bahkan kadang mampu mengadili "in advance" sebuah perkara sebelum hakim mengetukan palu di pengadilan. Anehnya presenter acara infotainment nampak norak, misalnya dengan nada berat yang dibuat-buat ketika mengucapkan "Pemirsa.... Pemirsa...". Dan anehnya lagi publik termakan oleh "berita" infotainment yang pada dasarnya adalah gabungan antara hiburan dan berita tapi banyak unsur gossipnya. Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentu gerah dengan acara istimewa tersebut yang merebut ratting tinggi karena ditayangkan pada prime time pagi-siang-sore. Gerah karena acara tersebut lebih condong ngusik-usik kehidupan pribadi tokoh masyarakat pada hal-hal yang tak ada kaitan dengan jabatan dan profesi mereka. Lebih gerah lagi ketika heboh video mesum selebriti AP-LM-CT seakan dipromosikan agar ditengok pemirsa. Hasilnya? Konon jutaan orang tua resah, puluhan kasus perkosaan mendadak terjadi setelah nonton video mesum tersebut dari internet. MUI berpijak pada dalil agama Islam tentang ghibah, yaitu membuka aib - dengan menggunjing - yang membuat marah si korban. Aib di sini dalam pengertian urusan private yang tidak ada kaitan dengan tanggung jawab di muka publik. Yang saya tangkap demikian dari berbagai sumber. Maka sah-sah saja MUI mengeluarkan fatwa haram untuk konten infotainment tertentu. Timbul pertanyaan di sini: haram untuk siapa dan sejauh mana layak diadopsi ke dalam hukum positif negara RI? Bila berpijak pada halal-haram menurut hukum islam maka argumen MUI sangat lemah karena Indonesia bukan negara Islam. Dengan demikian fatwa tersebut setara dengan haramnya makan daging babi bagi umat Islam. Sekali lagi hanya bagi umat islam. Dan tidak bisa dipidanakan. Menurut saya yang perlu dicermati dari konten Infotainment adalah delik kebohongan publik, fitnah, dan perbuatan yang tidak menyenangkan. Infotainment punya senjata ampuh yaitu sihir aksara. Sebuah acara dikemas sedemikian rupa sehingga tayangan ilustrasi, foto, dan video begitu hidup dengan sorongan sihir aksara yang dihembuskan oleh presenter. Sedemikian cerdiknya sehingga pemirsa tersihir seakan ucapan presenter adalah sabda pengadil yang paling adil. Penunjuk kebenaran yang tak mungkin salah tafsir. Padahal kalau mau jujur siapa sih presenter itu? Pemirsa tidak pernah cari tau kualitas moral dan akhlaq para presenter bukan? Lalu kenapa pemirsa percaya begitu saja? Bisa jadi sihir aksara yang dipakai presenter adalah jurus Adolf Hitler ketika berkata bahwa kebenaran adalah kebohongan yang diulang 1000 kali. Mari kita ambil dua buah contoh kasus yang menghebohkan. Yaitu kasus dai kondang Aa Gym dan kasus video asusila Ariel Peterpan-Luna Maya-Cut Tari. Ketika Aa Gym nikah lagi, Infotainment menghabisi Aa Gym sehingga tenggelam dari peredaran dan jadi musuh publik. Ketika video asusila AP-LM-CT meledak, infotainment berputar-putar antara menghakimi dengan memaafkan. Di sini nampak jelas tebang pilih gaya crew infotainment. Padahal kalau mau jujur kesalahan Aa Gym jauh lebih kecil dilihat dari sudut manapun. Dosa Aa Gym paling besar di mata crew infotainment mungkin hanya ini: Aa Gym bukan penghibur, bukan artis, menghalangi orang berprilaku seenak wudel di muka umum. Hebatnya, sihir aksara para presenter sukses menumbangkan Aa Gym agar dicap "terkutuk" di mata perempuan. Hebatnya, sukses menahan artis bergajulan agar segera come back. Hebatnya, bisa melupakan jasa-jasa Aa Gym yang memberi kesejukan dan kedamaian ketika Indonesia dilanda kerusuhan di hampir pelosok negeri. Hebatnya, pemirsa percaya begitu saja ocehan presenter. Hebatnya, pemirsa tak pernah cari tau kualitas moral dan akhlak presenter. Bener-bener hebat, deh!!! Ini menurut pendapat saya, belum tentu benaaaaaaar.... Salam Tuljaenak, Ragile, 31-jul-2010 * * * Tentang sihir aksara lebih dalam silakan baca di sini: Sihir Aksara: Misteri Menaklukan Hati Dan Mengubah Dunia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H