[caption id="attachment_117764" align="alignleft" width="118" caption="adakah-apakah-yasudah"][/caption] Nyaris lelah memasuki hari tua. Tiba-tiba aku ingat masa kecil di desa Kersana Brebes Jawa Tengah, akh kemarin sore turun sedikit. Teng main layangan hingga sore. Des main bola hingga maghrib. Klier-klier nonton Tarling hingga subuh. Plok-plok main judi abang-ijo ngumpet laba ngeri labrakan si abah. Di masjid guling-guling, mandi ngoceh, gaul, ngrasani pimpinan masjid yg galak...puncaknya ngerjain temen yg lagi sholat supaya batal sholatnya. Sadar itu jahat dan dosa, Takut neraka tapi yakin umur panjang, kesempatan tobat juga panjang, nikmati aja.... Hiks. Sama seperti anak lain, aku ingin cepat besar bisa cari duit sendiri. Terbayang naik bis ke kota, naik kereta, pesawat terbang.... oh, indahnya. Kapan aku cepat besar? Punya istri cantik yg nurut, memperlakukan aku raja diraja. Semua terbayang indah dalam lamunan indah hampir saben sore di emperan rumahku sembari duduk bersandar. Berteman puluhan ayam mengepung, kubeli sendiri dari pasar, kuurus sendiri mereka mulai dari makan, ngandang, bertelor, mengeram, sampai urusan kawinpun aku atur. Eh, ndilalahnya ayam-ayam pada nurut, full understanding deh sama aku. Saking nurutnya seekor anak ayam jantan ngintil kemanapun aku pergi kalau aku pulang dari Sekolah Dasar. Saking selektifnya mengawinkan ayam, duh ada satu betina tewas karena kebanyakan kawin pada suatu hari dg beberapa ayam jantan pilihanku... maksudnya sih baik suapaya turunannya OKE, tapi lupa pada hari itu dikawinkan dg entah beberapa ayam jantan milik tetangga yg napsu sama ayam betinaku yg ayu-bahenol.... (sialan baru beli tewas kebanyakan dikawinkan). Celakanya keluarga pada tau jadi kesempatan buat bahan ledekan, "Eh Gil, gimana ceritanya dulu mengawinkan ayam sampai mati? Bagi-bagi ilmunya dong... Wakakakakaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak." Begitu menginjak dewasa, kerja, berumahtangga.... Opps! koq pusing. Makin banyak milik banyak perkara. Coba akh cari banyak harta, kejar karir. Juga tambah pusing. Busyet, kalo dipikir-pikir enakan dulu waktu kecil tinggal nyadong-nodong orang tua, masa bodo orang tua cari dari mana pokoke kudu ada kudu bisa! Coba akh PDKT sama Gusti Allah, eh nggak taunya berat banget. Nggak boleh ini nggak boleh itu, yg sedep-sedep malah dilarang, yg pahit-pahit kudu dilakoni.... halaaah tanggung coba jajal, eh diledek sebagian keluarga dan teman, "Mau apa sih Gil, mau masuk surga sendirian? Sepi nggak ada hiburan nanti di surga strees..." (busyet, kalo bercanda keterlaluan amat, masa sih di surga stress? hehe) Belakangan baru ngeh bahwa di posisi manapun tidak ada rasa puas, tak ada rasa cukup. Selama banyak berharap di situ banyak kecewa. Babat pohon harapan gugur daun-daun kecewa. Aku sampai pada suatu titik simpul penyikapan di mana ketika berhadapan dg sesuatu aku berkata, "Kalo jadi syukur, nggak jadi juga syukur." Plong apapun yg terjadi. Aku tahu ini hanya benar untuk diriku, putusanku, hidupku. Tidak menyalahkan siapapun yang menertawakan aku. Aku bebas untuk ditertawai, aku ikut bahagia jika yang menertawaiku benar-benar bahagia.... mungkin hanya itu manfaat aku ada untuk yang ada dan ingin ada. Salam tuljaenak, Ragile 13-apr-2010 *)sumber ilustrasi: http://adivictoria1924.files.wordpress.com/2009/04/renungan.jpg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H