Lihat ke Halaman Asli

Ragile (Agil)

seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

Mario Teguh Tak Tahan Golden Kritik???

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Lezatnya enjoy di atas pangung di mana Anda jadi raja, duh beda jauh ketika nyemplung ke rimba dunia maya di mana semua sama-rata. Dan getirnya caci-maki belum tentu mampu dipikul bahkan oleh tokoh sekaliber Mario Teguh, Aa Gym, hingga Marissa Haque.

Saya kutip sebagian tulisan Kompasiner  Tamtomo, Raden Pucuk Pinus, Ragil Kuncoro, Anita Latifah. Postingan motivator terkenal Mario Teguh di akun twitternya yang menuliskan ‘Wanita yang pas untuk teman, pesta, clubbing, bergadang sampai pagi, chitchat yang snob, merokok n kadang mabuk – tidak mungkin direncanakan jadi istri”. Posting tersebut mendorong pro-kontra....... akhirnya akun twitter Mario Teguh ditutup.

Dari kutipan di atas saya lihat bahwa generalisasi dan diskriminasi seorang Mario Teguh, hmmm sangat menyentak!!! Dalam kasus ini jelas Mario mengedepankan penampilan luar dan rutinitas lahiriah semata. Sangat disayangkan dia tidak gentle mempertanggungjawabkan statement lewat twitter tsb. Berani ngomong kudu berani layani komentator yg pro maupun yg kontra. Koq mau pujian saja?

Saya sendiri demen nonton Mario Teguh Golden Ways di MetroTV. Sebagai penggemar Mario Teguh, Aa Gym dan Marissa Haque, saya sangat menyanyakan bahwa ketiga tokoh tsb sering gagap di dunia maya yg serba egaliter. Padahal ini lahan orisinil untuk menguji kekuatan jiwa dan kebesaran jiwa tokoh manapun. Ambil contoh Presiden Barrack Obama dari Amerika, Pemimpin oposisi Iran Mir Mousavi, mantan wakil presiden Jusuf Kalla. Ketiganya enjoy di dunia maya. Termasuk enjoy "dibantai" oleh caci-maki, komen yg sinis dan bermusuhan.

Mereka (tiga tokoh pertama) lupa bahwa naik daun akibat dimanjakan publikasi media massa, tapi tidak siap diperosotkan ke lembah sunyi tanpa publikasi oleh media massa juga. Kesan seperti itu sangat kuat hampir berlaku untuk semua tokoh nasional. Doyan pujian, gentar kritikan. Kalau banjir pujian stay tuned on line. Begitu dihadang kritik langsung ngambek off line, alamaaaaak, malu tuh.

Disarikan dari Dr.Aidh Al Qorni bahwa orang yg benar-benar berjiwa besar memandang caci-maki itu perkara kecil, dan orang yg berjiwa kerdil melihat sentilan sekecil apapun adalah  perkara besar.

Yang menggelikan adalah para penggemar fanatik membela seolah idolanya tanpa cela. Para rival ambil kesempatan menerkam seolah semua yg dilihat tak ada yg benar. Para pelaku bisnis keder karena tokoh tsb selalu dijaga citra (image) untuk barang dagangan. Tak peduli artis, motivator, agamawan ( bisnis ya bisnis, dagang barang-manusia-jasa gituuuuu... ).

Padahal bagi saya, dan bagi banyak penggemar lainya, tetap ngefans karena ada hal-hal menarik dalam diri mereka, terlepas mereka lagi ngetop atau lagi jatuh terjerembab. Siapapun mereka bukan malaikat  bukan pula superman. Yang paling gerah dan kebakaran jenggot memang sponsor bisnis. Dana sponsorship kadung digelontorkan berkarung-karung guna memelihara image tokoh setengah dewa. Agar tetap laris-manis sebagai barang dagangan.

Terpulang kepada tokoh-tokoh tsb. Mau maju tampil  sebagai diri sendiri, ataukah  jadi kaki tangan pedagang sebagai barang dagangan? Kayaknya para public figure kita perlu belajar dan nyantri kepada kompasianers agar legowo diserang kritik pedes-pedes on-line? Hehehe....

*

Salam Tuljaenak

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline