Lihat ke Halaman Asli

Ragile (Agil)

seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

Kiat Merubah Nasib Bagi Pengangguran

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kapan yach pemerintah buka lapangan kerja? Kenapa keluarga tidak mau kasih modal? Duh, punya saudara kaya tidak mau bantu, payah!!! Mungkin itu pertanyaan dan umpatan yang sering terlontar. Dan mungkinkah merubah keadaan? Tidak. Anda sendiri yang mampu merubah nasib dan merubah keadaan. Dengan kekuatan sendiri. Mengharap belas kasihan mahluk hanya meletihkan diri dengan sia-sia dan sakit hati. Bahkan bikin suasana kian runyam. Kian terpuruk. Makin ambruk!

Lalu bagaimana caranya? Pasti ada jalan keluar, kawan. Saya pernah jadi pengangguran beberapa bulan sekitar 10 tahun yang lalu akibat krisis ekonomi dan salah urus perusahaan. Ijinkan saya di sini berbagi pengalaman cari solusi untuk dapat kembali bekerja dan kembali mampu cari nafkah, dan bangkit kembali.

Siapapun Anda saudara-saudaraku semua - pengemis, pengamen, baru lulus sekolah, baru dipecat, lama menganggur- tidak jadi soal. Kesempatan merebut pekerjaan selalu ada. Baik sebagai pegawai, pedagang, maupun wiraswasta. Yang mula-mula perlu diperhatikan adalah kondisi fisik dan kejiwaan Anda sendiri. Selagi kesehatan fisik dan mental terjaga maka semua punya kesempatan yang sama, tak peduli latar belakang pendidikan dan pengalaman.

Berhentilah Mengharap Belas Kasihan Dari Siapapun. Lebih penting Anda mengasihi diri sendiri dengan mencari kesibukan yang produktif dengan peluang maju setinggi mungkin dalam jangka panjang. Tak elok menyalahkan pemerintah, keluarga, saudara, dan handai-tolan. Atau Anda akan abadi di bawah dengan tingkat kesejahteraan yang mengenaskan? Perhatikan, banyak orang yang "betah" di bawah bukan karena tidak ada peluang tapi karena merasa nikmat dengan belas kasihan dari mahluk lain. Merasa nyaman dengan tangan di bawah menerima pemberian dari mahluk lain. Kalo tidak diberi mencak-mencak. Kalo doyan meminta, Kapan mau maju?

Masalahnya Bukan Tidak Ada Pekerjaan, Tapi Anda Banyak Mengeluh, Menolak, Menuntut. Beberapa tahun terakhir saya perhatikan banyak pengangguran akibat salah mengambil sikap. Ada yang ditawari pekerjaan dengan honor sekian tapi ditolak dengan alasan menunggu modal turun dari hasil jual warisan. Modal tidak turun, pekerjaan lenyap disambar orang lain. Ada juga yang ditawari bekerja di dalam kantor tapi ditolak dengan alasan sudah dari dulu suka bekerja di lapangan. Ada juga yang ditawari kerja luar kota dg honor sekian plus fasilitas rumah, tapi ditolak dengan alasan honor kurang besar untuk menutupi beban hutang dan keluarga.

Ada pula yang ditawari berkongsi dagang dengan teman lama di luar kota, tapi ditolak dengan alasan tidak kuat meninggalkan keluarga. Ada lagi yang ditawari pegang sebuah usaha dengan honor memadai tapi juga ditolak dengan alasan tidak biasa bekerja mangkal di satu tempat. Dan ada juga tidak ada pekerjaan karena hartanya dalam bentuk harta tak bergerak dan tidak mau cepat dijual dengan harga miring untuk modal usaha.

Banyak pula yang merasa nikmat dengan mengamen dan tidak berani beranjak naik dengan pekerjaan yang lebih mulia walau dengan pendapatan mula-mula lebih sedikit. Takut ambil resiko.

Singkatnya banyak pengangguran yang diciptakan oleh diri mereka sendiri. Pusing dibikin sendiri. Lalu menyalahkan orang lain atas segala ketidakberuntungannya.

Terimalah Tugas Apapun Dengan Senang Hati. Dalam keadaan menganggur cara paling ampuh adalah mencari kegiatan produktif. Mondar-mandir kesana-kemari, menawarkan diri kepada yang perlu tenaga dan bantuan. Selama Anda gigih pasti kehadiran Anda akan dihargai. Begitu pula dengan tenaga dan ketrampilan Anda.

Begitu ada tugas/pekerjaan terimalah dengan rasa syukur bahwa Anda mulai berguna di mata orang lain. Jangan buru-buru meminta imbalan. Segera kerjakan dengan sebaik mungkin. Imbalan yang pantas akan mengikuti seiiring dengan kemampuan Anda. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan majikan/partner kepada Anda. Seiring dengan kepercayaan majikan/partner. Kepercayaan, ini kuncinya.

Itulah yang saya lakukan sepuluh tahun yang lalu. Ada tawaran menangani toko yang jelas jenis pekerjaan yang jauh di bawah level saya sebelum saya bangkrut. Saya terima tawaran tersebut sebagai titik awal untuk merebut kembali kepercayaan. Merebut kembali apa-apa yang hilang. Dan terbukti berhasil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline