Tak mudah memahami Gus Dur. Dan tak bijak menihilkan peran positif Gus Dur yg cemerlang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, serta peran aktifnya mewujudkan perdamaian dunia. Kontroversi tentang Gus Dur , kalo dibesar-besarkan, bisa jadi ibarat seluas samudra: yg tak pernah habis untuk diarungi, Yg asin airnya di permukaan, tapi menyimpan sumber nabati yg melimpah, beserta keindahan pemandangan bawah laut yg memakau.
Saya masih ingat pertama kenal Gus Dur lewat tulisannya di majalah Tempoe dan harian Kompas tahun 80an. Kocak, Cerdas, berani, kaya gagasan-gagasan yg gress dan kadang mendahului jamannya. Ketika terjadi Tragedi Tanjung Priok yg menewaskan ratusan orang, Gus Dur malah membawa Pangab Benny Moerdani ke pesantren-pesantren. Tokoh-tokoh Islam geram karena Gus Dur bergandengan tangan Benny yg nasrani. Gus Dur menanggapinya dg enteng.... Baginya itu adalah upaya untuk menyelamatkan Umat Islam dari kecurigaan ABRI, yg sangat kuat dan represif waktu itu, yg kawatir dg penolakan Pancasila oleh kalangan santri. Penyelamatan bangsa di mata Gus Dur, penghianatan di mata rivalnya.
Ketika terjadi pembredelan Tabloid Monitor disertai pengrusakan kantor redaksi tabloid tsb oleh pemuda Islam, Gus Dur mengecam dg keras. Tokoh-tokoh Islam menyerang, Gus Dur menanggapi dg enteng.... Baginya itu adalah kewajiban membela kebebasan berpikir dan berbicara serta menegakkan hukum tanpa maen hakim sendiri di jalanan. Demokrasi bagi Gus Dur, penghianatan bagi rivalnya.
Ketika Ayatullah Khomaini dair Iran memproklamirkan hukuman mati kepada Salman Rusdi, penulis Inggris berdarah Pakistan yg heboh dg novelnya "Ayat-Ayat Setan", Gus Dur tidak setuju dg pelarangan novel tsb beredar di Indonesia. Gus Dur merekennya sebuah novel yg enak dibaca, dan Nabi Muhammad yg direndahkan oleh novel tsb tidaklah perlu dibela-bela karena kemulian Nabi takkan tercoreng oleh sebuah novel. Tokoh-tokoh Islam meradang, Gus Dur santai.... HAM di mata Gus Dur, penghianatan di mata rivalnya.
Ketika awal era reformasi tokoh-tokoh politik keroyokan menghujat mantan Presiden Soeharto, Gus Dur malah sering menjenguk ke Cendana dan akbrab dg keluarga Cendana (baca: Soeharto) pasca pembantaian misterius kepada ratusan ustadz kaum Nahdliyin (NU) di sekitar Banyuwangi Jawa Timur. Gus Dur bilang, "Soeharto adalah orang kuat yg tidak mampu menaklukan dirinya sendiri". Bagi Gus Dur itu adalah upaya untuk menyelamatkan bangsa dari kemungkinan perang saudara pasca kejatuhan Soeharto. Tokoh-tokoh reformis mencela, Gus Dur santai.... Penyelamatan bagi Gus Dur, munafik di mata rivalnya.
Ketika Gus Dur bersahabat dg sekelompok Yahudi Israel (Shimon Perez) guna mewujudkan persahabatan antar umat agama, kalangan Islam menudingya yahudi anti Islam. Gus Dur santai.... Baginya di Israel ada kelompok garis keras yg anti Arab dan Islam, ada pula kelompok moderat yg bisa diajak bicara untuk berdamai. Dan dg kelompok moderat itulah Gus Dur menjalin hubungan. Toleransi beragama di mata Gus Dur, penghianatan dan kekafiran di mata rivalnya.
Kontroversi pernah lenyap beberapa saat ketika Gus Dur diusung maju jadi calon presiden oleh Poros Tengah pimpinan Amien Rais. Hampir semua kekuatan islam gerakan dan Islam politik bahu-membahu sehingga Gus Dur sukses merebut kursi presiden hasil voting MPR. Setelah itu "penyakit lama" Gus Dur kambuh lagi: langkah-langkah kontroversial. Walau jadi Presiden RI Gus Dur tak sungkan-sungkan berkunjung ke Kuba untuk akrab-akraban dg pemimpin komunis Fidel Castro yg bikin berang Amerika serta reasksi keras dalam negeri.
Paling hebat ketika memproklamirkan pembubaran parlemen menjelang pelengseran Gus Dur oleh MPR pimpinan Amien Rais. Paling lucu ketika Gus Dur meninggalkan Istana Kepresidenan hanya dg baju tidur yg melambangkan runtuhnya keangkeran dan eksklusifitas Istana.
Yg masih jadi teka-teki adalah perpecahan di tubuh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yg didirikan olehnya. Perseteruannya dg kemenakan sendiri Muhaimin Iskandar yg diakui oleh pemerintah sebagai Ketua Umum PKB sekaligus pemegang lisensi PKB yg sah. Gus Dur santai... Muhaimin salah tingkah.
Jelas Gus Dur bukan type orang yg mati-matian mempertahankan partai politik. Gus Dur tidak butuh-butuh amat PKB, justru PKB yg butuh Gus Dur. Setali tiga uang posisinya dg NU yg diketuai KH.Hasyim Muzadi. Gus Dur terlalu besar untuk NU dan PKB sekaligus. Dan terlalu tinggi untuk Hasyim dan Muhaimin sekaligus. Tampaknya begitu!
Sering kali kontroversi lahir bukan semata karena sikapnya yg sangat toleran dan sangat humanis yg belum dapat dipahami oleh dan belum berakar di hati khalayak, tapi karena gaya bicaranya yg cuek dan menjengkelkan di mata banyak orang. Sering kali saya ketawa melihat kiprah beliau, kadang jengkel . Tapi lebih sering kagum dg kecerdasannya, keuletannya, kekocakannya, kesederhanaannya, dan ketidakpeduliannya dg popularitas maupun pencitraan.