Lihat ke Halaman Asli

Ragile (Agil)

seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

Solusi Mbah Marijan:Hari Kiamat*

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belakangan ini Hari Kiamat menghantui. Lewat film hollywood maupun lewat ramalan paranormal, misalnya Mama Lauren (Iiiih, sereeem!!! ). Coba saja banyangkan! Langit dilipat, disobek-sobek. Matahari melayang pendek memanggang bumi dg wajah murka. Gunung-gunung meledak bagaikan bom nuklir. Lautan meluapkan air mendidih, meronta-ronta liar dan jungkir balik. Semua mahluk berhamburan ke udara. Tercabik-cabik. Jerit tangis, histeris, horor dan teror alam semesta merangsek setiap detik tanpa henti. Bayangkan!!!

Alkisah datang seorang agamawan, paranormal, dan ilmuwan ke gubuk Mbah Marijan. Di sebuah lembah gunung berapi. Mereka berupaya cari tahu perkembangan mutahir gerak alam. Dimulai dari gunung berapi. Salah satu isyarat ancaman terjadinya Hari Kiamat yg mereka yakini kian dekat.

Mbah Marijan: "Mongo, monggo.... silakan duduk-duduk dulu di tikar sini."

Agamawan   : "Mbah, saya yakin Hari Kiamat sudah dekat. Oh, Tuhan..."

Paranormal   : "Oh ya. Dekat sekali! Saya sudah liat dg mata batin, hehehe...."

Ilmuwan       : "Fenomena alam yg ganjil dan pergeseran iklim kian cepat, itu buktinya."

Mbah Marijan hanya manggut-manggut menyimak semua ekspresi wajah-wajah tamu agung. Sesekali nyruput wedang jahe bikinan Si Mbok. Tak ada kecemasan tergambar di wajahnya yg selalu tegar. Santai dan rosa, mungkin itu kesan seorang Mbah Marijan yg eksentrik dan diyakini punya kesaktian. Berkat kedekatannya dg alam sejak duluuuu sekali. Sebelum orang-orang heboh gembar-gembor untuk kembali ke alam (ciaaaah, dulu-dulu kemana aja.....?).

"Kami ingin bertanya Mbah, bagaimana menurut Mbah pribadi?"

"Kiamat lagi... Kiamat lagi... hahahaha...."

"Mbah, serius dikit napa.....?"

"Iya Mbah, kami kawatir. Kami belum siap. Kami cemas. Tuhan sudah marah. Ini mengerikan. Kami tidak tahu harus, emm..."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline