Lihat ke Halaman Asli

Kesalahpahaman dalam Bimbingan dan Konseling

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bimbingan dan konseling adalah layanan bantuan untuk peserta didik untuk mengembangkan segal potensi yang ada dalam dirinya. Peran bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan menjadi sangat urgent, ketika permasalahan pendidikan bukan hanya tentang kurikulum atau pembelajaran, namun juga permasalahan yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yang berhubungan erat dengan psikologi. maka tak heran di banyak sekolah telah ada guru khusus yang disebut guru BK, namun kenyataanya kini bimbingan dan konseling dianggap tidak masuk dan dunia pendidikan.

Disini kami paparkan beberapa kesalahpahaman dalam bimbingan dan konseling, 1) bimbingan dan konseling dipisahkan sama sekali dari pendidikan, dianggap bukan guru. seperti yang sempat disinggung di atas, bahwa bimbingan dan konseling dipisahkan dari dunia pendidikan, sering orang menganggap bahwa guru BK bukanlah guru, hanya konselor di sekolah saja.

2) Bimbingan dan konseling dianggap polisi sekolah, hal ini menjadi menarik untuk ditelisik lebih jauh, karena kebanyakan siswa menganggap guru bimbingan dan konseling sebagai polisis, yang tugasnya untuk menangkap penjahat, namun guru bimbingan dan konseling menangkap siswa yang perlu dibina. Karena dalam kacamata beberapa orang atau siswa, guru bimbingan konseling hanya memberikan layanan bantuan pada siswa yang bermasalah, padahal guru bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik mengembangkan potensinya.

3) Bimbingan dan konseling dianggap sebagai proses pemberian nasihat, sesungguhnya bimbingan dan konseling bukan hanya memberikan nasihat namun juga membantu peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangannya meliputi aspek pribadi, sosial, akdemik, spiritual, karir. Maka tak heran jika bimbingan dan konseling sering memantau keadaan siswa dan siswinya dalam lingkup pergaulan, seperti guru bimbingan dan konseling juga ikut bersosmed, seperti twitter, path, instagram dan lain sebagainya, sebai wujud untuk mengetahui keadaaan dan perkembangan siswa sehingga bisa memberikan layanan dan bantuan secara masimal.

4) Bimbingan dan konseling menangani “orang sakit” atau “kurang normal”. Biasa diistilahkan siswa yang masuk ruangan bimbingan dan konseling adalah anak nakal, anak kurang normal atau bahkan anak sakit. Beberapa siswa merasa bangga dengan julukan anak nakal, karena merasa dirinya mampu bersosialiasi dan hidup dalam kelompok, tapi ketika siswa yang masuk dalam ruangan bimbingan dan konseling disebut sebagai anak kurang normal menjadi momok dan trauma tersendiri pada siswa. Padahal dalam istilah bimbingan dan konseling tidak menggunakan istilah pasien, namun menggunakan istilah klien. Karena pasien adalah orang yang pasif dan menunggu kesembuhan, namun dalam bimbingan dan konseling klien adalah orang yang aktif juga memberikan umpan balik untuk peningkatan kualitas hidup, artinya antara kedua pihak ada usaha yang saling bersinergi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline