Lihat ke Halaman Asli

Kronologi Gugurnya Jenderal Achmad Yani Berdasarkan Kegiatan Keachmadyanian

Diperbarui: 4 Juli 2024   16:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Profil Jenderal Achmad Yani

Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani merupakan pahlawan revolusi Indonesia. Achmad Yani lahir pada 19 Juni 1922 di Purworejo, Jawa Tengah dan meninggal dunia pada 1 Oktober 1965 (43 Tahun) di Lubang Buaya, Jakarta. Achmad Yani merupakan komandan TNI Angkatan Darat ke-6 yang menjabat pada 23 Juni 1962 hingga 1 Oktober 1965. Beliau meninggal karena dibunuh oleh Anggota Gerakan 30 September saat akan menculiknya dari rumah.

Profil Singkat Jenderal Achmad Yani

Nama : Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani
Lahir :  Jenar, Purworejo, Jawa Tengah, 22 Juni 1922
Wafat : Jakarta, 1 Oktober 1965
Pendidikan :

  • HIS (setara SD) Bogor, tamat tahun 1935
  • MULO (setara SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938
  • AMS (setara SMA/ SMU) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940
  • Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang
  • Pendidikan Heiho di Magelang
  • Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor
  • Command and General Staf College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA, tahun 1955
  • Spesial Warfare Course di Inggris, tahun 1956

Jabatan:
Menteri Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) (23 Juni 1962 -- 1 Oktober 1965)

Gugurnya Jenderal Achmad Yani

Gugurnya Jenderal Achmad Yani bermula kala penembakan Letjen Achmad Yani dilakukan oleh pasukan Cakrabirawa (Tjakrabirawa). Pimpinan penculikan bernama Mukidjan, pangkatnya Peltu, yang memimpin sekitar 100 anggota. Setibanya di kediaman Jenderal Achmad Yani, hal pertama yang dilakukan oleh pasukan Cakrabirawa bukanlah masuk ataupun mengetuk pintu rumah bagian depan, melainkan mengetuk pintu bagian belakang. 

Sekitar pukul 4 subuh, mereka menyekap, melucuti, dan mengikat pasukan pengawal, lalu mereka mengepung kediaman Jenderal Achmad Yani. Setelah mengetuk pintu rumah bagian belakang, orang pertama yang membuka pintu dan bertemu dengan pasukan Tjakrabirawa yaitu pembantu rumah tangga bernama Mbok Milah. Mbok Milah ditanya berbagai hal mengenai Jenderal Achmad Yani oleh pasukan Cakrabirawa dan merasa bingung dengan keberadaan pasukan tersebut. Jikalau kondisi negara sedang genting, Mbok Milah berpikir harusnya Jenderal Achmad Yani sudah tahu dan tidak perlu dijemput oleh banyak pasukan. 

Saat Mbok Milah ditanya oleh pasukan Cakrabirawa, putra bungsu Jenderal Achmad Yani bernama Irawan Suraedi, yang saat itu berusia sekitar tujuh tahun, terbangun karena mendengar suara berisik dari dapur. Melihat keberadaan putra Jenderal Achmad Yani, anggota Cakrabirawa bertanya dan memerintahkan Irawan Suraedi untuk membangunkan Jenderal Achmad Yani yang sedang tidur. Dia (putra bungsu Jenderal Achmad Yani) ditanya oleh tentara dan diperintahkan membangunkan Jenderal Achhmad Yani dan memberitahunya bahwa ada tamu dari istana. 

Setelah itu Irawan Suraedi membangunkan Jenderal Achmad Yani dan mengabarkan ada tamu dari istana yang saat itu berada di dapur. Mendengar hal itu, Jenderal Achmad Yani mengatakan dirinya hendak mandi dan bersiap-siap terlebih dahulu sebelum bertemu Presiden. Saat Jenderal Achmad Yani kembali ke ruangan utama, ia diikuti oleh tiga orang pasukan Cakrabirawa. Ketika hendak memegang gagang pintu, salah satu anggota pasukan mengatakan bahwa Jenderal Achmad Yani tidak perlu mandi karena di istana ada kamar mandi. Mendengar hal tersebut Jenderal Achmad Yani marah dan menampar salah satu anggota pasukan tersebut karena dinilai tidak sopan telah mengatur dirinya. Satu sudah kena tampar, sisa dua orang pasukan. 

Saat Jenderal Achmad Yani masuk ruangan, beliau ditembak dari balik pintu dengan tujuh butir peluru. Dari tujuh peluru yang ditembakkan, lima peluru menembus badan Jenderal, sedangkan dua peluru lainnya tertinggal di dalam badan Jenderal. Lima peluru yang menembus badan Jenderal Achmad Yani rusak karena mengenai beberapa titik lokasi. Dua peluru mengenai pajangan foto dan tiga peluru mengenai lemari di ruang utama. Jenderal Achmad Yani ditembak dan jatuh ke depan dengan posisi tertelungkup. Mereka (dua pasukan Cakrabirawa) membalikkan tubuh Jenderal Aachmad Yani menggunakan kaki. Kemudian Jenderal Achmad Yani diseret melewati lorong, lalu keluar melalui pintu belakang rumah, di mana pasukan Cakrabirawa pertama kali masuk. Peristiwa penembakan Jenderal Achmad Yani tersebut rupanya disaksikan oleh putranya bernama Untung Mufraeni yang bersembunyi di balik tembok. Setelah keluar dari rumah kediaman, jenazah Jenderal Achmad Yani langsung dilarikan dan dibuang ke Lubang Buaya di Jakarta Timur. 

Pukul 07.00 WIB, Radio Republik Indonesia (RRI) menyiarkan sebuah pesan yang berasal dari Untung Syamsuri, Komandan Tjakrabiwa bahwa G30S PKI telah berhasil mengambil alih di beberapa lokasi strategis Jakarta beserta anggota militer lainnya. Mereka bersikeras bahwa gerakan tersebut sebenarnya didukung oleh CIA yang bertujuan untuk melengserkan Soekarno dari posisinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline