Sewindu merindu hati yang terus menyaru
Bagai petang yang menjelma patung
Diam tanpa mau pergi
Seperti waktu, berdetak, berdetik
Tenggat tiga ratus enam puluh lima kata mereka belum cukup
Untuk menikmati dunia, untuk bersenang-senang
Lupa Tuhan lupa agama
Malah berdebat mencari siapa paling baik atau buruk
Tuhan selalu berbaik hati
Tenggat waktu ditambahnya
Cukupkah hanya satu hari?
TanyaNya, yang entah apa jawaban akhirnya
Jadi tiga ratus enam puluh enam
Dua puluh empat jam
Untuk apa? Tanya pada tiap insan
Yang sibuk tertawa atau sibuk mencari jawaban
Padahal, demi Masa, demi waktu yang ditambahNya
Sungguh kita tersesat dan tanpa guna
Atau terhisap tanpa sebab
Karena apa? Karena hanya manusia
Padahal, demi masa, demi waktu yang ditambahNya
Sungguh kita dalam kerugian tanpa batas
Atau sekedar menjadi debu yang terhempas
Karena apa? Karena hanya manusia
Pada nanti masa habis
Dan burung-burung api beterbangan diatas langit
DijadikanNya seperti daun-daun yang dimakan ulat
Karena apa? Karena hanya manusia
Pada nanti masa undur diri
Gunung-gunung seperti fatamorgana belaka
Bergidik ngeri kala Jahanam mengintai
Karena apa? Karena hanya manusia
Seperti bersenandung, sesal tanpa batas berada di hari pembalasan
Ruginya percuma kala catatan dibagikan dan amalan dipertimbangkan
Dengkinya tak guna kala suatu kaum berkumpul tanpa cacat penuh kegembiraan
Demi masa, sungguh manusia berada dalam kerugian
29 feb 2016
(dalam rindu pada hamba Yesus)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H