Lihat ke Halaman Asli

Kabisat Terlambat Datang

Diperbarui: 4 Maret 2016   00:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sewindu merindu hati yang terus menyaru
 Bagai petang yang menjelma patung
 Diam tanpa mau pergi
 Seperti waktu, berdetak, berdetik

Tenggat tiga ratus enam puluh lima kata mereka belum cukup
 Untuk menikmati dunia, untuk bersenang-senang
 Lupa Tuhan lupa agama
 Malah berdebat mencari siapa paling baik atau buruk

Tuhan selalu berbaik hati
 Tenggat waktu ditambahnya
 Cukupkah hanya satu hari?
 TanyaNya, yang entah apa jawaban akhirnya

Jadi tiga ratus enam puluh enam
 Dua puluh empat jam
 Untuk apa? Tanya pada tiap insan
 Yang sibuk tertawa atau sibuk mencari jawaban

Padahal, demi Masa, demi waktu yang ditambahNya
 Sungguh kita tersesat dan tanpa guna
 Atau terhisap tanpa sebab
 Karena apa? Karena hanya manusia

Padahal, demi masa, demi waktu yang ditambahNya
 Sungguh kita dalam kerugian tanpa batas
 Atau sekedar menjadi debu yang terhempas
 Karena apa? Karena hanya manusia

Pada nanti masa habis
 Dan burung-burung api beterbangan diatas langit
 DijadikanNya seperti daun-daun yang dimakan ulat
 Karena apa? Karena hanya manusia

Pada nanti masa undur diri
 Gunung-gunung seperti fatamorgana belaka
 Bergidik ngeri kala Jahanam mengintai
 Karena apa? Karena hanya manusia

Seperti bersenandung, sesal tanpa batas berada di hari pembalasan
 Ruginya percuma kala catatan dibagikan dan amalan dipertimbangkan
 Dengkinya tak guna kala suatu kaum berkumpul tanpa cacat penuh kegembiraan
 Demi masa, sungguh manusia berada dalam kerugian

29 feb 2016
 (dalam rindu pada hamba Yesus)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline