Lihat ke Halaman Asli

Reduksi Sampah dan Produksi Limbah

Diperbarui: 27 Februari 2016   02:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah lagi-lagi bergerak cepat dalam tindakan penanganan lingkungan. Setelah ‘kecolongan’ dengan pembakaran hutan dan penyelesaian kasus yang belum juga tuntas, Pemerintah kini mengeluarkan undang-undang baru mengenai kantung plastik berbayar.

Hal ini tentu saja merupakan langkah besar mengingat warga negara Indonesia benar-benar akrab dengan kantung plastik, berbeda dengan beberapa negara yang menggunakan kantung kertas di berbagai tempat perbelanjaan. Kebijakan baru ini tentu menimbulkan pro kontra. Diantaranya anggapan mereduksi sampah dan memproduksi limbah.

Anggapan mereduksi sampah tentu jelas dengan adanya kebijakan ini. terutama dengan kebijakan kantung plastik berbayar, pemerintah bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah dengan membuat pembeli membayar untuk kantung plastik yang digunakannya untuk membawa belanjaanya.

Kebijakan kantung plastik berbayar tentu tidak hanya berdampak pada keuntungan pihak pusat perbelanjaan,namun juga diharapkan mampu mengurangi jumlah sampah plastik. Mengingat plastik membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai. Meski belakangan banyak swalayan yang mengklaim kantung pastiknya akan hancur sendiri dalam waktu beberapa tahun, namun mencegah hal yang sudah terbukti tidak baik lebih baik daripada menyesal di kemudian hari karena bukti yang tidak sesuai, bukan?

Reduksi sampah dengan kebijakan kantung plastik berbayar seharga Rp. 200 tiap kantungnya tentu menimbulkan pertanyaan bagi beberapa orang. Banyak masyarakat beranggapan “aih, hanya 200 rupiah, lebih baik saya membeli kantung plastik daripada harus membawa tas kain dari rumah, kan?” atau anggapan bahwa kantung plastik senilai 200 rupiah adalah salah satu langkah untuk menjaga kelangsungan hidup manusia di masa yang akan datang.

Hal ini cukup masuk akal bila kaum pekerja dan kaum menengah keatas yang tidak memiliki banyak waktu dan menghabiskan waktunya untuk bekerja maupun untuk beraktivitas.

Di sisi lain, kebijakan kantung plastik berbayar ditanggapi dengan suatu awal yang baik oleh beberapa orang. Dengan kebijakan 200 rupiah per kantung plastik, masyarakat juga berharap nantinya pemerintah mampu mengembangkan kebijakan dari pembayaran senilai ratusan bernilai ribuan hingga nantinya kantung plastik benar-benar tidak lagi digunakan.

Sementara itu, anggapan memproduksi limbah tentu menimbulkan pertanyaan tersendiri. Limbah apa yang dihasilkan dari aksi penghematan kantung plastik bersistem kebijakan berbayar? Tentu bukan limbah berupa pencemaran, namun berupa kesenjangan. Kebijakan kantung plastik berbayar tidak hanya menyasar swalayan maupun pusat perbelanjaan, namun juga menyasar pasar-pasar tradisional. Nyatanya, penggunaan kantung plastik masih beredar luas tanpa ada kebijakan berbayar. Hal ini tentu menimbulkan anggapan bahwa kaum menengah keatas adalah target utama dari kebijakan kantung plastik berbayar, mengingat kebijakan belum digalakkan di pasar.

Di sisi lain, beberapa pihak beranggapan bila kebijakan kantung plastik berbayar baru digalakkan di swalayan adalah tindakan yang tepat karena diharapkan mampu menyasar pasar-pasar kecil setelah kebijakan berjalan beberapa saat. Ditambah lagi, suatu kebijakan aan lebih mudah terlaksana dan menyebar luas bila digalakkan di tempat-tempat yang mudah dijangkau orang dan pasti menjadi jujukan orang dalam jumlah besar. Sehingga nantinya dapat menyebar luas secara mudah.

Terlepas dari anggapan pro-kontra tentang kebijakan kantung plastik berbayar, atau pandangan positif dan negatif tentang aksi reduksi sampah maupun anggapan memproduksi limbah berupa kesenjangan sosial, kebijakan pemerintah tentang kantung plastik berbayar merupakan langkah besar bagi tindakan pencegahan kerusakan lingkungan sekaligus tindakan menjaga kelestarian lingkungan.

Soal anda mau membawa tas kain tiap akan berbelanja atau lebih memilih untuk membeli kantung plastik seharga 200 rupiah, itu urusan anda. Yang harus anda ingat adalah sejak lahir, bumi selalu mengurus anda dengan berbagai kekayaan alamnya. Tinggal bagaimana manusia sebagai mahluk berakal ‘membalas budi’ dengan menjaga kelestarian bumi. Salah satu langkah kecilnya, cukup membawa tas kain tiap berbelanja. Selebihnya? Terserah anda. Yang terpenting adalah pemerintah sudah memfasilitasi anda dengan pembuatan kebijakan kantung plastik berbayar ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline