Lihat ke Halaman Asli

Raflyzal Eltitan 419

NIM : 201910040311419

Bijaksanalah Bermedia atau Kena Batunya

Diperbarui: 27 April 2021   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENTINGNYA BERFIKIR SEBELUM MELONTARKAN KOMENTAR DI SOSIAL MEDIA

Pada Rabu, 21 April 2021 pukul 04.30 WIB, kapal selam kebanggaan Indonesia KRI Nanggala-402 dinyatakan hilang kontak. “Terakhir komunikasi ketika 04.30 mau laksanakan penembakan sudah tidak ada komunikasi,” kata Pangilma TNI Marsekal Hadi Tjahjyanto. KRI Nanggala-402 hilang kontak di perairan utara Bali dan membawa 53 awak kapal dialamnya. Kapal selam tersebut hilang kontak saat latihan penembakan torpedo.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengerahkan seluruh kapal milik TNI untuk melakukan proses pencarian. “Seluruh kapal milik TNI memiliki kemampian mencari benda dibawah permukaan air kami kerahkan,” ujarnya.

Pada tanggal 24 April 2021, Marsekal Hadi TJhjanto menyatakan bahwa kapal selam KRI Nanggala tenggelam berdasarkan bukti otentik berupa penemuan tumpahan minya dan serpihan bangkai kapal. Kapal selam KRI Nanggala-402 diperkirakan tenggelam di kedalaman 850m dibawah permukaan laut. Yudo mengatakan “Kedalaman laut yang kita deteksi tadi adalah pada kedalaman 850m, ini sangat riskan dan memiliki kesulitan yang sangat tinggi,”

Pada 26 April 2021, pria bernama Imam Kurnianwan menggebohkan warganet akibat lontaran komentar pasca insiden tenggelamnya KRI Nanggala-402. Imam mengomentari sebuah postingan dengan komentar cabul yang mengarah ke istri awak kapal KRI Nanggala-402. Beliau berkomentar “Disaat kapal selam mu tenggelam disitu istrimu ku 3w*3”.

Netizen sontak geram atas komentar tersebut, dikala banyak orang yang berduka dan ikut berbela sungkawa serta mendoakan awak KRI Nanggala-402, Imam berkomentar seperti tersebut. Tidak butuh waktu lama setelah Imam berkomentar seperti itu, dalam hitungan hari anggota TNI menciduk pria yang sehari – hari bekerja sebagai petani dan memiliki istri dan anak dan dibawa ke koramil.

Saat dimintai keterangan, Imam berdalih jika dia tidak tau menahu mengenai komentar yang viral di media social tersebut. Imam berkata bahwa “Saya tuh sehari hari menjadi petani setiap kerja hanya membawa cangkul, pegang hape tuh cuma malam hari aja, posting itu berawal jam berapa aku komen itu gak tau sama sekali, gak sadar”. Ia pun kaget komentarnya menjadi viral dan banyak yang mengirim pesan kepada Imam.

Imam meminta maaf atas kesalahannya saat pada klarifikasi tentang permasalahan yang sedang dihadapinya. Namun ia tetap mengelak bahwa bukan dia yang memposting komentar tersebut. “Yaa kalau misalnya seumpama keluarga dari bapak polres ataupun orang yang saya maksud ini walaupun bukan saya yang bikin postingan itu saya mohon maaf sebesar – besarnya,”. Kini Imam Kurniawan ditangkap dan diamankan di koramil.

Begitu dahsyatnya dampak media social terhadap kehidupan kita sehari-hari. Jikalau Imam Kurniawan tidak memilih berkomentar apapun dalam postingan tersebut, mungkin nasibnya tidak seperti sekarang yang menjadi tahanan di koramil. Alangkah lebih baiknya kita untuk lebih bijak dalam berkomentar dan lebih memikirkan dampak dari komentar ayang akan kita posting pada suatu media social. Karena setelah siapapun memposting sesuatu di internet pasti aka nada jejak digital dan pasti ada yang membaca atau melihat postingan tersebut. Kita harus paham bahwa tidak semua postingan harus dikomentari. Semoga ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih bijaksana dalam bersosial media.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline