bagaimana bisa aku mencoba
untuk menggenapi kepalamu yang ganjil.
sedang dirimu yang hampir terjal
tidak pernah memintaku untuk mengganjal.
dan diriku yang mulung;
memaksa masuk ke tubuhmu yang malang.
bertamasya didadamu yang laut
dan menginap dikepalamu yang hutan.
aku melihat kapal-kapal rusak didadamu;
pasir-pasir yang kumuh, daun-daun gugur dikepalamu,
dan beberapa sampah yang tak kunjung dibenahi.
seperti lautan yang hampir surut,
hutan tandus yang dibakar halus.
lalu kudapati dirimu yang sepi;
menari dan menginjak-injak airmatamu sendiri.
aku menilik lebih dalam;
memadati matamu yang macet dipintu keluar paling sepi.
sepertinya aku benci pulang;
aku ingin tersesat saja di lautan tubuhmu.
hingga sampai;
kepala dan dadamu
rajin tergenapi pada tubuhku yang padang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H