Lihat ke Halaman Asli

Rafly Febriansyah

Scavenger Poem

Marabahaya

Diperbarui: 25 Januari 2022   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Ibu: Semua tidak sesuai rencana bukan?
Seseorang yang kau harapkan selalu dekat, saat ini telah memilih jalannya untuk selalu jauh.
*
Aku tidak bisa berkata apapun
seluruh otak-ku buntu,
mulut-ku terasa pahit ketika ingin melantunkan kata.
*
Ibu: Masih senang memelihara jatuh dalam banyak harap?
Aku: Masih bu, masih terulang hingga saat ini.
*
Ibu: Aku hanya ingin kau kembali melukis, berpuisi, memetik gitar dan bernyanyi
karena bagi ibu; melukis tidak akan menjadikan pilihanmu tak hanya lari, atau melukai diri sendiri ketika yang kau dambakan belum menghasilkan apa-apa. Dan setidaknya hal itu tidak membuat kau gila.
*
Aku tertawa, dan kembali mengingat masa-ku ketika melukis tubuhnya.
Diam sejenak, dan berharap tidak ada lagi jawaban yang harus aku tuangkan.
*
Lalu, dari bibir nya yang tipis nan elok
lahir sebuah tanya: " Kau masih mengingatnya? Ketika kacaumu berhamburan di tubuh ibu?"
*
Ingat bu, benar kata ibu;
sesuatu yang sakit, tak perlu nyata untuk dirasakan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline