Lihat ke Halaman Asli

Rafly Bayu

Mahasiswa Universitas Airlangga

Zero Waste Lifestyle, Gaya Hidup Minim Sampah untuk Selamatkan Bumi Tercinta

Diperbarui: 20 Mei 2023   06:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada era industri 4.0 ini, masyarakat Indonesia semakin berperilaku hidup konsumtif. Mereka terus menerus membeli banyak barang kebutuhan. Tanpa disadari, saat membeli suatu barang sama saja kita menghasilkan sampah, apalagi jika barang yang dibeli merupakan barang sekali pakai. Aktivitas yang dilakukan semakin beragam setiap harinya dan semakin banyak pula barang serta produk yang dibeli sehingga menghasilkan sampah yang sudah melebihi dari kapasitas kemampuan alam untuk menampungnya.   

Kita lupa bahwa lautan dan sungai di Indonesia sudah banyak yang tercemar, serta miliaran ton tumpukan sampah yang dihasilkan manusia tidak bisa terurai atau didaur ulang. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sudah meluap dan tidak lagi bisa menampung timbunan sampah. Hal ini dapat menyebabkan longsor sampah yang pernah terjadi di TPA Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, pada tahun 2005 silam. Sebanyak 143 korban terkubur dalam longsor sampah dan tidak kurang dari 86 rumah lenyap ditelan sampah.

Studi yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa hanya 7% sampah yang dapat dikompos dan didaur ulang di Indonesia, dan 69% produksi sampah hanya ditimbun di TPA dan produksi sampah setiap hari bisa mencapai ratusan ribu ton!

Menyadari bahwa sistem pengolahan sampah di Indonesia yang masih kurang optimal dan gaya hidup modern serta konsumtif yang destruktif terhadap alam, pada akhirnya kita sudah tiba dalam kondisi dimana zero waste sangat diperlukan, demi menyelamatkan bumi dan generasi berikutnya.

Zero Waste atau gaya hidup bebas sampah adalah sebuah konsep yang mengajak kita untuk menggunakan produk sekali pakai dengan lebih bijak untuk mengurangi jumlah dan dampak buruk dari limbah sampah. Menurut Zero Waste International Alliance, Zero Waste adalah konservasi semua sumber daya dengan cara produksi, konsumsi, penggunaan kembali dan pemulihan produk, pengemasan tanpa pembakaran dan tanpa pembuangan ke tanah, air atau udara yang dapat mengancam lingkungan maupun kesehatan manusia itu sendiri. Tujuannya adalah agar sampah tidak berakhir di TPA, melestarikan sumber daya dan menjaga lingkungan alam.

Metode yang diterapkan dalam konsep zero waste adalah 5R, yaitu Refuse (menolak), Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang) dan Rot (membusukkan sampah). Konsep 5R ini menjadi pegangan untuk membentuk gaya hidup tanpa sampah dan menggunakan sumber daya alam secara bijaksana. Gaya hidup sederhana yang digagas melalui zero waste berupaya untuk memaksimalkan penggunaan barang, menghindari penggunaan barang berbahan dasar plastik, dan meminimalisir sampah rumah tangga.

Gaya hidup zero waste secara perlahan menjadi tren yang berdampak positif bagi lingkungan hidup. Kesadaran dalam perilaku seperti membawa kantong belanja sendiri hingga wadah makanan dan minuman cukup berdampak pada pengurangan kantong plastik sekali pakai. Kebiasaan membawa botol minum isi ulang guna menggantikan botol air mineral sekali pakai juga turut andil dalam pengurangan sampah kemasan plastik. Berdasarkan penelitian, botol air mineral tidak dapat dipakai berulang karena mengandung bahan BPA (bisphenol-A). Kandungan BPA dalam botol plastik berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Tanpa kita sadari bahwa masyarakat Indonesia sejak dulu sudah menerapkan zero waste, namun akibat pengaruh negatif dari globalisasi membuat masyarakat Indonesia saat ini menjadi lupa akan jati dirinya dan secara tidak sadar telah meninggalkan budaya leluhurnya yang sangat baik. Pada zaman dahulu, untuk menghormati tamu yang datang, tuan rumah menghidangkan teh atau kopi dalam teko, serta disediakan pula gelas kecil untuk menuangkan teh atau kopi tersebut. Akan tetapi, sekarang masyarakat Indonesia malah banyak yang menyuguhkan air minum dalam kemasan sekali pakai dengan alasan kepraktisan.

Selain itu, penyajian makanan pada zaman dahulu memanfaatkan daun seperti daun pisang dan jati. Kebutuhan air minum didapatkan dari proses memasak air. Tamu akan disuguhkan minuman seperti teh dan kopi, bukan air mineral kemasan. Kita akui bahwa era globalisasi membawa dampak positif sekaligus negatif. Keinginan untuk menghindari kerepotan seperti mencuci wadah makanan dan minuman membuat penggunaan plastik meningkat drastis. Kembali pada kearifan lokal dalam upaya menerapkan gaya hidup zero waste bukan sebuah kemunduran. Hal tersebut justru langkah maju untuk turut serta menyelamatkan lingkungan hidup.

Zero waste bukan konsep gaya hidup yang sempurna, tetapi jangan menjadikan alasan ini untuk tidak memulainya. Jika akan memulainya, lakukan dari hal-hal kecil, seperti lebih bijak dalam berbelanja. Jika tidak terlalu penting, maka sebaiknya jangan dibeli.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline