Sate maranggi merupakan makanan khas Purwakarta yang menjadi kegemaran banyak masyarakat sunda. Kata maranggi dalam Bahasa Sunda memiliki arti tersendiri yakni pertukangan atau orang yang ahli dalam membuat keris. Sate yang memiliki khas 1 tusuk terdapat 3 daging ini memiliki nilai filosofis yang berarti Tekad, Pengucapan, Tindakan. Sate ini memiliki ciri tersendiri dalam memasaknya dengan direndam bumbu sebelum di bakar selain itu terdapat ciri lain dari Sate Marangggi yakni tidak menggunakan bumbu kacang sebagai bumbu tambahanya tetapi menggunakan bumbu kecap khas maranggi.
Chef Haryo mengatakan, Sate Maranggi memiliki indikasi berasal dari Tiongkok yang memiliki sejarah Panjang terhadap perdagangan lampau di Indonesia. Menurutnya awalnya Maranggi menggunakan bahan dasarnya daging babi bukan sapi dan terdapat kesamaan bumbu yang digunakan pada dendeng ayam dan babi di Tiongkok.
Berbeda kisah dengan Chef Haryo yang mengatakan sate maranggi berasal dari Tiongkok, menurut Dedi Mulyadi sate maranggi merupakan masakan asli dari Indonesia. Budayawan sekaligus mantan Bupati Purwakarta ini menjelaskan 'Maranggi' didapat dari penjual sate Bernama mak anggi.
Warung sate yang telah menjadi icon kota purwakarta ini berdiri pada tahun 1990. Menurut pendirinya ia hanya mencoba coba dan melanjutkan usaha es kelapa sang ayah yakni Haji Rasta. Hj Yetty mengularkan uang sekitar 200 ribu untuk modal pertama dan ia sebagai anak ingin melanjutkan usaha sang ayah mendapatkan respon positif dari masayarakat. Warung haji Yetty sejak awal berdiri berada di hutan Cibungur tetap bertahan hingga saat ini. Ungkap Hj Yetty usahanya berkembang hinggga saat ini karena memiliiki lokasi yang strategis, saat itu orang orang yang berasal dari Jakarta ingin ke bandung tanpa melewati puncak Bogor, mereka melewati jalur Purwakarta-Subang-Padalarang,
Menu andalan kedai ini tidak hanya Sate Maranggi, terdapat beberapa menu yang menjadi andalan yakni ayam bakar,ikan bakar dan juga es kelapa muda. Untuk menyantap olahan dari warung makan Hj.Yetty harus mengeluarkan Rp.5000/Tusuk apabila dalam seporsi sebesar Rp.50.000/Porsi. Untuk harga ayam bakarnya Rp.120.000/Perk ekor dan untuk harga es kelapanya Rp.15.000. Dalam penghidanganya Sate Maranggi biasanya didampingi oleh karedok, es kelapa dan juga sambel dadakan.
Di warung makan Hj Yettyy memiliki pelayanan baik dan cepat. Walaupun selalu ramai pengunjungnya memiliki pelayanan yang baik dan cepat memberikan kesan positif. Hj. Yetty bersyukur atas perolehan yang diberikan tuhan kepadanya. Ia biasanya menjual Sate dalam sehari apabila dalam kondisi liburan atau akhir pekan bisa mencapai 1,5 ton perharinya. Namun dalam kondisi pandemic ia bisa menjual dengan rata-rata dua sampai tiga kuintal perharinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H