Meme telah menjadi salah satu bagian penting pada budaya digital yang pada awalnya meme merupakan salah satu sarana untuk hiburan. Namun seiring berkembangnya zaman, meme juga telah menjadi salah satu sarana untuk menyampaikan informasi. Meme yang awalnya dibuat untuk hiburan dan menjadi tren dunia maya, kini telah mengalami alih fungsi sebagai media informasi yang cukup serius, bahkan termasuk dalam kampanye politik. Masyarakat Indonesia yang membutuhkan informasi yang cepat, menghibur, dan efisien menjadi salah satu faktor hal tersebut terjadi.
Di era digital, masyarakat makin bergantung pada media sosial dan internet untuk mengakses semua informasi dan berita. Meme memiliki kecepatan dan kesederhanaan dalam penyampaian pesan sehingga meme menjadi sarana penyampaian pesan yang tepat. Dikarenakan meme memiliki kelebihan tersebut, banyak calon atau partai politik yang menyampaikan pesan-pesan mereka melalui meme.
Kampanye politik merupakan salah satu sarana yang penting untuk proses demokrasi yang di mana kandidat politik memanfaatkan semua bentuk media untuk menyebarkan pesan mereka untuk memengaruhi opini publik serta menarik perhatian pemilih. Pada era digitalisasi, kampanye politik tidak lagi hanya bergantung pada iklan televisi dan poster, tetapi mereka juga memanfaatkan meme sebagai alat kampanye.
Salah satu topik yang penting dan layak diperhatikan adalah pengaruh meme terhadap kredibilitas kampanye politik. Meme memiliki kelebihan untuk menarik perhatian dengan cepat, tetapi juga memiliki potensi untuk mengurangi kredibilitas kampanye jika digunakan dengan sembarangan. Meme terkadang memiliki kesan sederhana, menyindir, dan sarkas. Oleh karena itu, ketika digunakan dalam kampanye politik, ada resiko bahwa pesan yang ingin disampaikan akan dianggap tidak serius bahkan merusak citra kampanye itu sendiri. Tetapi, jika meme dikelola dan digunakan dengan baik, meme akan menjadi alat yang sangat kuat sehingga meningkatkan dan memperkuat pesan kampanye.
Meme yang digunakan sebagai media komunikasi dalam kampanye politik membuka peluang untuk menjangkau segmen pemilih yang lebih muda dan melek digital. Meme yang diupload di sosial media tentunya akan menyebar luas dengan sangat cepat, sehingga dapat memperluas jangkauan kampanye tanpa mengeluarkan biaya yang besar. Tetapi, pesan yang ada pada meme tersebut seringkali dipotong atau disederhanakan sampai nuansa kompleks dari isu politik tersebut hilang, sehingga dapat mempengaruhi persepsi publik menjadi negatif.
Peringatan darurat merupakan salah satu kampanye untuk memperingati masyarakat Indonesia atas keadaan Indonesia yang sedang tidak baik dikarenakan politik dinasti yang semakin merajalela. Namun, gambar dari 'peringatan darurat' yang tersebar luas pada internet merupakan gambar dari video parodi/meme peringatan mengenai munculnya Anomali di beberapa daerah. Hal tersebut memiliki sifat sarkastik yang menggambarkan petinggi-petinggi sebagai Anomali. Namun, dikarenakan gambar yang tersebar luas tersebut
sangat amat simpel, tak sedikit khalayak yang salah kaprah akan pesan yang ingin disampaikan oleh gambar tersebut. Sehingga, perlu dijelaskan lebih lanjut lagi mengenai apa maksud dibalik gambar tersebut, dikarenakan beberapa khalayak hanya akan melihat gambar tersebut tanpa mencari informasi lebih lanjut lagi.
Kampanye politik pada pemilu tahun 2019 juga menggunakan meme sebagai bagian dari strategi kampanye. Istilah 'kampret' sebenarnya berasal dari plesetan 'KMP' yang merupakan singkatan dari Koalisi Merah Putih (KMP). KMP merupakan koalisi partai-partai pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di pemilihan presiden tahun 2014. Sedangkan sebutan cebong didapatkan karena Jokowi yang senang memelihara kodok, sehingga pendukung dari Jokowi disebut sebagai cebong (anak kodok). Meme tersebut yang awalnya hanya sebutan untuk pendukung dari kedua belah pihak pada akhirnya digunakan untuk keperluan kampanye, sehingga pendukung dari kedua belah pihak dengan senang hati melabeli diri mereka sendiri dengan julukan Cebong dan Kampret.
Pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat dapat tersampaikan dengan menambahkan unsur cebong/kampret, yang secara tidak langsung memiliki makna atau unsur kampanye. Penggunaan meme dengan julukan tersebut memiliki makna tersirat yang memungkinkan masyarakat memahami bahwa kampanye sedang berlangsung. Yang pada akhirnya, meme menjadi media untuk menyampaikan pesan politik secara halus, sehingga audiens paham akan adanya pesan kampanye tanpa harus diungkapkan secara langsung.
Di era digital ini, meme dalam kampanye politik telah menjadi bagian penting dalam strategi komunikasi modern, terutama di era yang serba digital. Tidak lagi berfungsi hanya sebagai sarana hiburan, tetapi meme juga menjadi media sarana penyampaian informasi yang efektif. Dan di dalam konteks politik, meme dapat menjangkau segmen masyarakat yang lebih luas, terlebih lagi dalam menjangkau generasi muda yang memang aktif dalam bermedia sosial. Meme yang memiliki sifat cepat, sederhana, dan viral, akan menjadikannya sebagai alat yang ampuh dalam menyebarkan pesan politik.
Perbandingan antara kampanye "Peringatan Darurat" dan "Cebong VS Kampret" menunjukan bahwa keefektifan dari meme sebagai sarana penyampaian informasi kampanye politik tergantung pada bagaimana meme tersebut dikelola. Meme akan efektif jika dikelola dengan baik, namun akan menjadi bumerang terhadap pembuat kampanye jika tidak dipahami dengan benar oleh beberapa khalayak. Oleh karena itu, pemakaian meme sebagai sarana penyampaian pesan harus dirancang sedemikian mungkin, sehingga dengan strategi yang tepat, meme akan menyampaikan pesan politik secara halus namun kuat kepada masyarakat.