Lihat ke Halaman Asli

Rafli Syahrizal

Mahasiswa Sastra Indonesia, UI

Tim Tarik atau Tim Dorong?

Diperbarui: 10 Mei 2020   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Bukalapak

⁣Seringkali ketika kita pergi ke tempat-tempat perbelanjaan, toko, atau ruangan-ruangan kerja perusahaan, kita menemukan bahwa pada pintu masuk tempat tersebut tertulis dua kata, “tarik” dan “dorong.” Jenis pintu itu umumnya yang memiliki dua sisi yang berfungsi untuk lalu lalang dua orang.⁣⁣

Sering saya iseng ketika melihat pintu seperti itu, yang bertuliskan “dorong,” saya tarik, sementara yang “tarik,” saya malah dorong. Eh ternyata, bisa saja pintunya terbuka.⁣⁣

Tiap kali saya pergi ke toko, saya sering perhatikan perilaku orang-orang dalam memfungsikan pintu “tarik” dan “dorong” itu. Uniknya, mereka seringkali mendorong pintu itu, tak peduli tulisannya “tarik” atau “dorong.” Toh, keduanya sama saja bisa terbuka, mungkin itu yang ada di kepala mereka pikir saya.⁣⁣

Penasaran, saya pun coba merenung, lalu mencari ruang diskusi. Mengapa kecenderungan orang lebih suka mendorong pintu? Usut punya usut, saya menemukan jawabannya. Nah, ternyata secara naluri, manusia mencari segala sesuatu yang memudahkan dirinya. Itu dia!

Bukankah tujuannya sama, masuk atau keluar dari suatu ruangan?

Saya  coba mengubah kebiasaan iseng tadi, saya coba untuk menarik pintu. Alhasil, ada sesuatu yang berbeda, lebih berat, dan memerlukan effort lebih dibandingkan mendorong. Manusia cenderung ingin yang gampang-gampang saja, termasuk hal sesimpel tarik dorong pintu.⁣⁣
⁣⁣
Ada hal yang bisa saya refleksikan dari soal pintu. Dari pintu itu kita bisa belajar tanggung jawab. Bukankah ketika kita mendorong pintu itu, ada beban yang kita lepas. Sebaliknya, ketika kita menarik pintu ada beban yang kita rasakan, ada beban yang kita ambil.

Jika kita terus mendorong pintu yang harusnya ditarik, bisa jadi pintu itu perlahan akan rusak engselnya karena tidak digunakan sesuai fungsinya, pun sebaliknya.

Jika tanggung jawab tidak dijalankan sesuai porsinya masing-masing, si A sampai harus megcover tanggung jawab si B, maka pasti jalannya tidak akan baik, akan ada konflik di sana.⁣⁣
⁣⁣
Maka, yang terbaik adalah gunakan pintu itu sesuai fungsinya. Sebagaimana tanggung jawab, tentu tiap orang punya porsinya masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline