Lihat ke Halaman Asli

Rafli Marwan

Bahasa, sastra, dan Budaya

Momake dan Seksualitas

Diperbarui: 30 Juni 2021   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengenal Momake dan Seksualitas (unsplash/freestocks)

Momake sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari baik itu di tongkrongan emperan jalan, kedai, kafe, rumah, bahkan di media sosial saat melakukan percakapan.

Kata momake berasal dari bahasa Melayu Ternate yang memiliki makna yang sama dengan kata joa dalam bahasa Ternate. Momake dimaknai sebagai perkataan keji yang diucapkan karena marah, jengkel, kecewa dan sebagainya.

Momake dalam bahasa Indonesia disebut memaki. Memaki sepadan dengan mengumpat, tapi memaki terdengar lebih kasar meskipun keduanya menggunakan kata yang dikaitkan dengan binatang, nama tubuh, fungsi tubuh, dan kelamin. 

Menyebut "kabi" (kambing) terhadap seseorang termasuk mengumpat, tapi kalau "kabi ma ako" (jenis kelamin kambing laki-laki) bukan lagi mengumpat melainkan memaki.

Sebutan Seks dalam Momake 

Seks berhubungan dengan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan yang dibedakan secara biologis. Dalam momake kita jumpai kata-kata seks. misalnya kata "cukimai" yang bermakna melakukan seks terhadap orang tua perempuan. "Bampuki" yang  bermakna ukuran jenis kelamin perempuan atau melakukan seks terhadap perempuan. 

"Kudacuki" bermakna kuda dilakukan atau melakukan seks. Tiga kata tersebut merupakan momake berbahasa Melayu Ternate. Sementara dalam bahasa Ternate misalnya perkataan "yamatiro" yang bermakna  jenis kelamin orang tua perempuan. 

Baik bahasa Melayu Ternate maupun bahasa Ternate, meskipun bentuk kata momake berbeda tetapi memiliki makna yang sama: menyebut jenis kelamin perempuan dan jenis kelamin orang tua perempuan. 

Dalam percakapan sehari-hari tanpa kita sadari telah mengucapkannya secara spontan bahkan dengan sengaja ketika sedang marah. Padahal perkataan itu merupakan sebuah penghinaan terhadap orang tua perempuan, dan ini justru merugikan diri sendiri bahkan orang lain. 

Misalnya dalam keadaan marah kita mengucapkan "cukimai" kepada teman, maka yang kena tidak sebatas teman tetapi juga orang tua mereka, bahkan yang kita ucapkan itu mengena ke diri kita.

Dari segi norma sosial, mumake dinggap tabu untuk diucapkan, apalagi yang berkaitan dengan jenis kelamin. Namun kita telah terlanjur menggunakan dan melanggengkannya menjadi budaya. Budaya yang immoral.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline