Lihat ke Halaman Asli

Apa yang Terjadi Jika Ketinggian Lapisan Batas Atmosfer Menurun?

Diperbarui: 14 Juli 2023   19:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Lapisan Batas Atmosfer (Planetary Boundary Layer)Sumber : https://hogback.atmos.colostate.edu

Lapisan batas atmosfer adalah zona terendah dari atmosfer dan karakteristiknya dipengaruhi langsung oleh interaksi dengan permukaan bumi (Voogt dan Oke. 1997). Ketinggian lapisan ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya perawanan, dinamika skala luas, pencampuran konvektif dan variasi diurnal dari penyinaran matahari.

Lapisan batas atmosfer berpengaruh terhadap berbagai proses yang ada di atmosfer, diantaranya pembentukan awan, aerosol, percampuran, transformasi, transportasi, dan pencampuran bahan kimia (Zeng, 2004).  Dengan demikian sangat memainkan peran penting dalam menjaga kualitas udara dan keseimbangan iklim. Namun seiringnya peningkatan aktivitas manusia dan perubahan iklim global, lapisan batas atmosfer dapat mengalami penurunan yang signifikan.

 Dalam artikel ini akan membahas dampak jika lapisan batas atmosfer menurun, serta upaya yang perlu dilakukan untuk menghadapinya keadaan tersebut. Berikut adalah beberapa dampak dari penurunan lapisan batas atmosfer mulai dari perubahan sirkulasi udara hingga peningkatan cuaca ekstrem dan Badai.

Pertama, berubahnya sirkulasi udara yaitu penyimpangan dalam pola angin global yang dapat mengubah distribusi panas dan kelembaban di atmosfer sehingga mempengaruhi pertukaran energi antara atmosfer dan permukaan bumi. Perubahan sirkulasi udara ini dapat berdampak pada bidang pertanian, perikanan, dan ekosistem yang tergantung pada pola angin dan sirkulasi udara yang stabil.

Kedua, meningkatnya polusi udara terjadi karena lapisan batas atmosfer berperan sebagai lapisan yang membantu membatasi pergerakan polutan. Jika lapisan ini menurun, polusi udara cenderung terperangkap di dekat permukaan bumi, mengakibatkan peningkatan kualitas udara yang buruk. Polutan seperti ozon dan bahan kimia berbahaya lainnya dapat terperangkap di lapisan yang lebih rendah, yang berdampak negatif pada kesehatan manusia dan lingkungan.

Ketiga, meningkatnya suhu dan panas yang terjadi karena udara panas yang terperangkap di lapisan yang lebih rendah dari lapisan batas atmosfer tidak dapat dengan mudah naik ke atas dan tercampur dengan udara yang lebih dingin. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan suhu udara dan pemanasan yang lebih intens, terutama di perkotaan dan daerah yang padat penduduk.

Keempat, terganggunya navigasi hewan dan burung migran disebabkan banyak hewan dan burung migran mengandalkan lapisan batas atmosfer sebagai panduan navigasi mereka selama migrasi. Jika lapisan ini menurun, hewan dan burung migran dapat mengalami kesulitan dalam menemukan jalur migrasi mereka yang biasanya mereka gunakan. Hal ini dapat mengganggu siklus hidup mereka hingga mengurangi populasi mereka secara keseluruhan.

Kelima, meningkatnya intensitas badai dan cuaca ekstrem dikarenakan penurunan ketinggian lapisan batas atmosfer yang mengakibatkan pembentukan awan yang lebih rendah. Awan yang lebih rendah cenderung lebih tebal dan dapat menyebabkan curah hujan yang lebih intens. Dalam kasus badai ini, pembentukan awan yang lebih rendah dapat memperkuat konveksi atmosfer dan menghasilkan hujan lebat, kilat, dan petir.

Kelima dampak yang ditimbulkan tersebut perlu diperhatikan dan diatasi secara bersama dan seksama mengingat lapisan batas atmosfer menjadi hal penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim, kualitas udara, ekosistem, dan kehidupan makhluk hidup di Bumi. Untuk menjaga lapisan ini, tindakan berkelanjutan dan kerjasama semua aspek masyarakat diperlukan. Dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, menjaga keberlanjutan ekosistem, dan mengadopsi praktik yang ramah adalah langkah-langkah penting untuk mengurangi dampak perubahan iklim pada lapisan ini dan meminimalkan dampaknya pada iklim global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline