Lihat ke Halaman Asli

Ketua Parpol Lokal di Aceh Tewas Dianiaya

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13917427561915406755

[caption id="attachment_294236" align="aligncenter" width="605" caption="Sumber: http://www.flickr.com/photos/atjeh_group/12355714834/"][/caption]

Ketua Partai Nasional Aceh Kuta Makmur Aceh Utara, M. Juwanis akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya setelah dirawat di rumah sakit Kecamatan Kuta Makmur akibat dianiaya oleh dua orang tak dikenal. Ikhwal kejadiannya bermula ketika korban sedang membeli rokok di sebuah warung dan lalu duduk di pos kamling Kuta Makmur. Saat itulah dua pelaku mendatangi korban dan menanyakan apakah korban menurunkan bendera/atribut Partai Aceh (PA). Belum sempat dijawab, korban langsung dipukuli oleh para pelaku hingga pingsan. Melihat keadaan korban, para pelaku langsung melarikan diri meninggalkan lokasi. Warga masyarakat yang melihat kejadian itu langsung membawa korban ke rumah sakit, namun sayang nyawa korban tidak tertolong lagi.

Juru Bicara Bappilu PNA, Munawar Liza menyayangkan kejadian itu, dan menyatakan bahwa seluruh kader PNA berduka atas peristiwa naas tersebut. Pihaknya juga mendesak pihak kepolisian untuk menuntaskan kasus ini dan menangkap para pelaku untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Pembunuhan terhadap kader PNA oleh pesaing partai lokal lainnya setidaknya telah terjadi dua kali. Tahun lalu, Kader PNA lainnya, Cek Gu dibunuh di Pidie dan jasadnya dibuang secara sadis bersama mobilnya di Krueng Tiro. Hingga saat ini otak dari pelaku pembunuhan tersebut masih berstatus DPO, yaitu Tgk Ilyas, anggota DPRK Pidie asal Partai Aceh.

Pembunuhan dan intimidasi serta teror memang kerap kali terjadi di Aceh jelang pemilu 2014 mendatang. Kasus-kasus seperti ini diperkirakan akan terus terjadi apabila pihak aparat penegak hukum tidak berupaya secara tegas dan keras untuk mencegah dan mengungkap para pelaku kriminal ini. Pihak pemerintah Aceh pun terkesan berdiam diri dan enggan melakukan langkah-langkah politik untuk mencairkan suasana, khususnya perseteruan antara PNA dan PA yang kian menjadi-jadi. Jika hal ini terus dibiarkan, maka pemilu 2014 mendatang akan diwarnai dengan maraknya pembunuhan maupun aksi-aksi teror seperti yang terjadi pada pemilukada 2012 lalu di Aceh. Konsekuensi yang harus ditanggung adalah perdamaian di Aceh kian terancam.

Rafli Hasan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline