[caption id="attachment_208088" align="aligncenter" width="380" caption="US President Barack Obama re-elected (Gettys image)"][/caption]
Whether I earned your vote or not, I have listened to you..
--Barack Obama--
Pesta Demokrasi AS berakhir sudah, dengan kemenangan kembali Obama untuk menduduki kursi Kepresidenan AS untuk 4 tahun yang akan datang. Tag line di atas sengaja saya jadikan judul, yang kurang lebih artinya adalah "apakah saya mendapatkan suaramu atau tidak, saya sudah mendengarkan kalian." Bagi saya ini adalah kata-kata yang luar biasa dari seorang sosok pemimpin yang unik dan jarang "terlahir" di dunia ini. Pemimpin yang mau "mendengar" keluh kesah rakyatnya dan bekerja keras membayar janji-janji kampanyenya.
Sukses Obama pada term ke-2 kali ini menurut saya cukup fenomenal, setelah melihat betapa "morat-maritnya" ekonomi AS pasca sepeninggal Presiden Bush. Belum lagi tingkat kepercayaan publik yang begitu rendah karena angka pengangguran yang tinggi, jurang fiskal yang melebar, belanja barang yang tinggi dan utang yang bertambah dan mungkin paling besar dalam sejarah AS, mengakibatkan popular vote Obama yang menurun dari pemilu sebelumnya. Kenapa Obama dapat memenangkan pertarungan ini? tidak lain dan tidak bukan adalah karena Obama berhasil mendapatkan kepercayaan rakyat AS yang begitu besar, sebagai seorang pemimpin yang selaras kata-kata dan perbuatannya.
"Why he wins? because he was "damn" serious about his promises to us"
Itulah kata-kata yang diungkapkan seorang ibu yang kehilangan anaknya akibat perang Iraq. Kenapa Obama menang, karena ia sangat serius untuk menepati janji-janjinya kepada rakyat AS. Janjinya untuk "mendengar" dan memprioritaskan rakyatnya sebagai hal terpenting yang harus diurusnya. Sebagaimana jaminan kesehatan bagi lebih dari 32 juta rakyat kurang mampu AS, penutupan penjara Guantanamo sebagai komitmennya terhadap HAM, penarikan pasukan di Iraq dan pembangunan mutual trust dengan negara-negara muslim. Obama rela menunda kunjungannya ke LN demi penuntasan Jamkes yang dirasakan lebih penting karena menyangkut dengan hajat hidup rakyatnya bahkan Obama rela melewatkan kampanyenya di Ohio dan beberapa negara lainnya untuk lebih fokus dan memimpin langsung penyelamatan warganya dari ancaman badai Sandy. Keinginan Obama untuk lebih mendengar rakyatnya daripada egonya ataupun mungkin partai dan kelompoknya, menjadikannya sebagai pemimpin "number one in the field and number one in our heart" bagi rakyatnya.
Perjalanan Obama di AS berbeda jauh dengan perjalanan politik negeri ini. Bagaimana pemimpin lebih mementingkan kepentingan kelompoknya setelah berkuasa. Lihat saja Aceh, pemimpin yang baru terpilih Mei lalu, lebih memprioritaskan kebijakan-kebijakan yang non- pro rakyat daripada kepentingan rakyat Aceh yang masih sangat sulit. 21 program pro rakyat tak satupun yang dituntaskan selama hampir 6 bulan menjabat. Bandingkan dengan Obama, ketika ia mengatakan akan menutup penjara Guantanamo saat masa kampanyenya, setelah 2 hari menduduki posnya sebagai Presiden AS, ia langsung memerintahkan penutupan penjara itu.
[caption id="attachment_208089" align="alignnone" width="625" caption="21 Janji pro rakyat yang terlupakan"]
[/caption]
Ironisnya, pemimpin negeri syariah itu justru mengutamakan pengesahan raqan qanun Wali Nanggroe yang nota benenya lebih kepada pengkultusan sebuah kelompok ataupun orang sebagai bentuk balas jasa/budi. Demikian juga halnya dengan program-program pemerintahan Aceh lainnya yang masih sangat jauh dari kepentingan rakyat Aceh.
Memang tidak satupun pemimpin yang sempurna di dunia ini, namun setidaknya, pemimpin yang berhasil membuktikan dirinya "mau mendengar" kesusahan dan permasalahan rakyatnya akan memperoleh kepercayaan rakyatnya yang luar biasa, meskipun didera berbagai persoalan maha berat yang menimpa bangsanya. Obama menyatakan, bahwa We will rise and fall, as united, sebagai komitmennya kepada rakyat AS dalam menghadapi berbagai persoalan bangsa. Demikian pula saya berharap dengan pemimpin Aceh yang setidaknya mau dan menyempatkan diri untuk "mendengar" dengan seksama persoalan rakyatnya.