Lihat ke Halaman Asli

Saya Orang Aceh, dan Saya Tidak (Ikut-ikutan) Kumpulkan Koin for Abbott

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14248361561976151533

[caption id="attachment_352915" align="aligncenter" width="420" caption="Sumber: http://www.antaranews.com/berita/481448/korban-tsunami-siap-kembalikan-rp13-triliun-bantuan-australia"][/caption]

Ketika kita jatuh dan orang lain mengulurkan tangannya untuk membantu kita bangkit tentunya, uluran tangan tersebut ibarat tangan malaikat yang setidaknya membantu kita untuk bangun dan selanjutnya "move on" meninggalkan "kejatuhan" kita itu. Perasaan bersyukur, senang dan tawadhu pastinya menyelimuti hati kita pada saat itu.

Namun ketika bantuan itu pada suatu hari diungkit, reaksi kita dalam menghadapi momen itu menunjukkan kedewasaan dan kemajuan kita sebagai sebuah bangsa. Sebagaimana hal yang baru-baru ini kita alami, ketika Perdana Menteri Australia Tony Abbott mulai mengungkit bantuan yang telah diberikan kepada rakyat Aceh saat mengalami tsunami dan masa-masa sulit setelahnya. Jumlahnya tidak kecil, sekitar 13 triliun rupiah (http://www.antaranews.com/berita/481448/korban-tsunami-siap-kembalikan-rp13-triliun-bantuan-australia). Yang mengherankan adalah reaksi kita dalam menghadapi komentar Tony Abbott tersebut, mulai dari berunjuk rasa, bullying di media sosial hingga aksi mengumpulkan koin. Coin for Abbott adalah reaksi yang kita berikan sebagai bentuk "balasan" kepada Australia. Reaksi ini muncul tanpa mempedulikan perasaan dan keikhlasan rakyat Australia yang memiliki empati yang begitu besar ketika tsunami meluluhlantakkan Aceh 10 tahun lalu. Ibarat seorang tetangga yang prihatin melihat tetangganya ditimpa kesusahan.lebih jauh lagi, reaksi masyarakat kita yang emosional ini juga ditanggapi oleh orang sekelas Wakil Presiden dan bahkan dengan sombongnya berkomentar akan mengembalikan dana bantuan tersebut kepada Australia apabila diminta.

Sebagai orang Aceh, yang ikut mengalami kesedihan saat tsunami lalu, saya menilai reaksi coin for Abbott adalah tidakan yang berlebihan, dan bisa dikatakan emosional. Saya mengingat kata-kata bijak dari Mahatma Gandhi," You Can't change how people treat you or how they say about you, All we can do is change how you react to it." Kita tidak dapat mengubah cara orang memperlakukan kita atau bagaimana mereka katakan tentang kita, yang dapat kita lakukan adalah merubah cara kita beraksi.

Persoalan pernyataan Tony Abbott itu, mungkin kesilapan dia sebagai manusia biasa yang emosional berkomentar ketika menghadapi warganya yang terancam hukuman mati. "Kesilapan" sebagai manusia perlu kita hadapi dengan jiwa besar bukan membalasnya dengan reaksi yang emosional. Tony Abbott sendiri menghadapi tekanan internal kabinet maupun rakyatnya sendiri akibat pernyataan emosionalnya. Dan reaksi serta kecaman warga Australia tersebut bukan karena mereka bereaksi dari aksi kumpul-kumpul koin for Abbott, namun karena kedewasaan warganya dalam menilai pemimpinnya sendiri.

Terkait dengan hukuman mati yang akan dijatuhkan kepada Warga Australia, saya menilai pemerintah kita justru absen dalam komunikasi dalam hal ini. Kita tidak bisa hanya berharap rakyat ataupun pemerintah negara lain untuk memahami aturan negara kita jika kita tidak pernah berani memulai pembicaraan sebelumnya. Dalam hidup bertetangga, kita kan juga tidak bisa berharap tetangga kita memahami keinginan kita jika kita tidak pernah berkomunikasi dengan mereka?

Inilah yang menurut saya alpa dilakukan oleh pemerintahan yang baru seumur jagung ini, komunikasi politik. Pemerintah bisa saja mengirimkan perwakilan ke Australia ataupun ke Brazil untuk menjelaskan Undang-undang yang menetapkan hukuman mati yang melibatkan warga negara mereka, bukan hanya duduk diam menunggu tetangga kita bereaksi. Komunikasi penting dibangun, bukan justru memanfaatkan "tangan-tangan" rakyat sendiri untuk bereaksi.

Saya tidak menyalahkan aksi coin for Abbott sebenarnya, mungkin itu adalah cara masyarakat kita yang emosional dalam bereaksi. Namun mohon maaf, saya tidak bisa ikut-ikutan mengumpulkan koin untuk sekedar memberikan sindiran yang akhirnya justru menyakiti hati rakyat Australia yang telah dengan ikhlas mengulurkan bantuan kepada kami rakyat Aceh.

[caption id="attachment_352942" align="alignnone" width="604" caption="Surat warga Australia Michael York kepada Gubernur Aceh (https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10206368946252554&set=a.2337779453976.2134772.1534572070&type=1&theater)"]

1424844714699312499

[/caption]

Rafli Hasan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline