Lihat ke Halaman Asli

Rafka AlFazri

Pelajar/Mahasiswa

Pancasila sebagai Penawar Krisis Toleransi: Pelajaran dan Ketegangan Antarumat Beragama di Yogyakarta

Diperbarui: 25 Juni 2024   18:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: newstempo.github.io

Indonesia, dengan beragam suku, agama, ras, dan golongan, telah lama menghadapi tantangan dalam menjaga persatuan dan kesatuan. Krisis toleransi, yang tercermin dalam berbagai konflik sosial, merupakan salah satu masalah yang mendesak untuk diselesaikan. Dalam konteks ini, Pancasila sebagai dasar negara menawarkan solusi yang relevan dan aplikatif untuk mengatasi krisis toleransi.

Pancasila: Fondasi Kebangsaan dan Toleransi

Pancasila, yang terdiri dari lima sila, memuat nilai-nilai fundamental yang mencerminkan identitas bangsa Indonesia. Sila pertama, "Ketuhanan Yang Maha Esa," menegaskan pentingnya penghormatan terhadap kepercayaan dan agama masing-masing individu. Sila ini menekankan bahwa Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi kebebasan beragama, dan dengan demikian, intoleransi agama bertentangan dengan prinsip dasar negara.

Sila kedua, "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab," mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki martabat yang harus dihormati. Ini berarti bahwa tindakan diskriminatif berdasarkan suku, agama, ras, atau golongan tidak dapat dibenarkan. Sila ini mengingatkan kita bahwa toleransi adalah bagian integral dari kemanusiaan.

Salah satu studi kasus terbaru yang relevan dengan krisis toleransi di Indonesia adalah konflik sosial di Yogyakarta pada tahun 2023, yang melibatkan ketegangan antara komunitas Muslim dan Kristen.

Studi Kasus: Ketegangan Antarumat Beragama di Yogyakarta 2023

Pada tahun 2023, Yogyakarta, yang dikenal sebagai kota pendidikan dan budaya, mengalami ketegangan antarumat beragama. Konflik ini bermula dari sengketa pembangunan sebuah gereja di sebuah kawasan yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Penolakan terhadap pembangunan gereja ini dipicu oleh berbagai alasan, termasuk kekhawatiran tentang perubahan demografi dan sosial di lingkungan tersebut.

Ketegangan meningkat ketika sekelompok warga melakukan demonstrasi menentang pembangunan gereja dan menyampaikan tuntutan agar izin pembangunan dicabut. Situasi semakin memanas ketika kelompok dari komunitas Kristen melakukan aksi solidaritas untuk mendukung pembangunan gereja tersebut. Bentrokan fisik terjadi, mengakibatkan beberapa orang terluka dan kerusakan properti.

sumber gambar:kemenkopmk.go.id

Penerapan Pancasila sebagai Solusi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline