Jember, merupakan salah satu kota di provinsi Jawa Timur, Indonesia yang memiliki beragam budaya. Salah satu budaya di kota jember adalah musik patrol/biasa yang disebut dengan kentongan. Musik ini merupakan perpaduan antara seni pertunjukan musik dan tari tradisional Jawa Timur yang disajikan dengan gaya modern. Musik patrol merupakan seni pertunjukan yang berkembang di wilayah bekas Karisidenan Besuki yang meliputi Probolinggo, Lumajang, Jember, Bondowoso dan Situbondo atau disebut pula wilayah Pandhalungan. Musik patrol adalah salah suatu bentuk ekspresi budaya yang unik serta sebagai identitas budaya, salah satunya di wilayah jember. Musik patrol Jember memiliki ciri khas dengan penggunaan alat musik tradisional Jawa Timur seperti kendang, gamelan, dan gong, yang dipadukan dengan alat musik modern seperti gitar, bass, dan drum. Sejarah Musik Patrol Jember dimulai pada awal tahun 1980-an. Awalnya, Musik Patrol Jember merupakan hasil kreativitas dari sekelompok pemuda Jember yang ingin menciptakan sebuah pertunjukan musik yang unik dan menggabungkan unsur budaya tradisional dengan modern.
Musik Patrol di Jember bermula dari sebuah tradisi memanggil burung dara dengan media bernama kentongan. Lalu kemudian kebiasaan itu mengakar di masyarakat, dan berkembang menjadi sebuah budaya musik patrol yang kini menjadi ciri khas kota Jember. Alat alat yang digunakan musik patrol di jember biasanya terbuat dari pohon nangka diantaranya, Bass, Kontra bass, Remo, Kleter, dan Ting-Tung. REBLOCKER (Remaja Block Kreongan) merupakan salah satu komunitas musik patrol/kentongan yang ada di Jember. Komunitas ini bermula pada tanggal 24 September 1984 dan sampai sekarang masih ada dan dikelola oleh generasi ke-3 yaitu mas Oddy dan 6 anggotanya. Komunitas REBLOCKER sendiri pernah tampil di Jakarta dalam TMI (Taman Mini Indonesia), khususnya di anjungan Jawa Timur.
Tidak hanya tampil di Jakarta, komunitas ini juga pernah mengikuti kegiatan UKM Kesenian kampus di Universitas Jember dan beberapa event-event lainnya seperti, pembukaan acara keagamaan diantaranya perayaan Maulid Nabi dan Isra Mi'raj, serta juga pernah mengikuti arak-arakan dan karnaval seperti membangunkan sahur, berparade ketika malam takbiran dan tahun baru, sehingga komunitas ini memiliki beberapa penghargaan. "Selalu ada halangan dan perjuangan pada setiap proses yang dilakukan, itu lah yang selalu dialami oleh seseorang ketika melakukan sesuatu". Dalam hal ini, meski komunitas REBLOCKER sering mengikuti beberapa event-event musik patrol/kentongan akan tetapi semua itu tidak didukung oleh pemerintah melainkan hanya diakui saja sehingga komunitas ini berdiri dan berjuang sendiri. Hal itu yang memicu semangat dan ambisi yang luar biasa komunitas ini, sehingga mas Oddy memiliki impian bermain musik patrol/kentongan di luar negeri agar berkembang lebih luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H