Dahulu ketika Indonesia dipimpin oleh bung Karno, negara kita dijuluki sebagai macan Asia alias “super power” di belahan bumi selatan, karena Indonesia bangkit setelah masa penjajahan. Beragam alutsista dimiliki Indonesia dari berbagai negara, di antaranya ialah Uni Soviet, Belanda & Amerika Serikat, alutsista dari Uni Soviet berpengaruh besar dalam perannya menjaga kedaulatan NKRI pada saat itu seperti pesawat pengebom Tupolev Tu-16 yang ditakuti Belanda saat pembebasan tanah Irian.
Di era Soeharto pun penguatan ABRI terus dilakukan dengan pembelian alutsista di masa itu, namun tak sehebat ketika zaman bung Karno disebabkan peralatan perang dari Uni Soviet dipensiunkan dan digantikan oleh alutsista barat, di zaman yang sama pun Indonesia mengalami pelemahan kekuatan angkatan bersenjatanya karena sanksi embargo dari Amerika terkait pelanggaran HAM berat di Timor Timur dari tahun 1995 hingga 2005.
Selama pemberlakuan embargo dari AS, Indonesia mengalami pelemahan kekuatan pada TNI yang menyebabkan beberapa kendaraan tempur tidak dapat dioperasikan, yang paling terdampak efeknya ialah pesawat tempur F-16 disebabkan kurangnya suku cadang akibat embargo. Maka untuk Indonesia beralih ke alutsista buatan Rusia.
Walaupun sekarang Indonesia menempati posisi 13 dari 20 besar negara dengan militer terkuat di dunia, masih kalah canggih dalam teknologi militer, sebut saja negara tetangga seperti Singapura. Dengan sempitnya wilayah negara Singapura, mereka memiliki alat pertahanan negara yang canggih lagi mumpuni bahkan beberapa alutsista udara mereka dititipkan di AS. Jumlah alutsista udara & laut yang dimiliki Singapura lebih banyak & lebih unggul ketimbang Indonesia.
Sedangkan Indonesia memiliki alutsista yang beragam dari berbagai zaman namun didominasi alutsista lawas, itu dikarenakan pengadaan alutsista yang baru terbilang membebani APBN, jadi TNI lebih mengalokasikan untuk maintenance alutsista tua tersebut yang lebih murah ketimbang beli baru. Di sisi lain kementerian pertahanan RI berusaha mendapatkan alutsista baru seperti kapal selam, kapal perang, serta pesawat tempur, dengan adanya upaya pembelian alutsista baru ini diharapkan memperkuat pertahanan RI di masa mendatang.
Pengaruh kekuatan TNI pun dipengaruhi oleh doktrin yang diterapkan, seperti misalnya TNI/ABRI di zaman Soeharto, TNI/ABRI terlibat dalam perpolitikan sedangkan di zaman reformasi ini TNI tidak lagi terlibat di politik & lebih berfokus pada profesionalitas fungsi TNI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H