Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Rafiq

Bersahabat dengan Pikiran

Menpora, Lebih Baik Arief Rosyid Hasan

Diperbarui: 2 Agustus 2019   13:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arief Rosyid. (Foto: Instagram/karnaid_official)

Beberapa nama-nama menteri muda atau milenial digadang-gadang bakal mengisi kursi kabinet Joko Widodo-Ma'aruf Amin periode 2019-2024. Alasannya, kompleksitas kabinet harus memenuhi tiga unsur yang saling berkesinambungan dan relevan dalam perubahan zaman, yakni milenial, profesional dan sumber daya manusia yang terbukti dalam menjalankan tugas serta tanggung jawab pada Kabinet I pemerintahan Joko Widodo. Tapi, Joko Widodo menegaskan jika ada yang muda profesional, tentu lebih baik lagi. 

Sejumlah partai pendukung mulai disibukkan dengan permintaan Presiden Indonesia terpilih, Joko Widodo untuk mencari nama-nama menteri muda. Disamping itu, mantan Walikota Solo itu juga bakal mencari sendiri calon menteri muda profesional untuk mengisi jajaran kabinetnya. 

Beberapa nama yang santer diberirakan, mulai dari seorang politisi muda Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany, kemudian Ketua Umum DPP Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Dito Ariotedjo, mantan KeTum PB HMI Arief Rosyid Hasan serta beberapa nama menteri milenial lainnya. 

Menjajaki ketiga nama itu, ada titik temu pemikiran, yakni semangat pemuda membangun Indonesia. Namun tetap saja ada pembeda dan pada akhirnya merujuk pada siapa yang paling layak menduduki kursi kabinet. 

Misalnya, Tsamaran Amany Alasannya. Kehadiran nama politisi perempuan itu dianggap mewakili kaum milenial, masih muda, populer, berani tampil dan perempuan. Anggapan itu masih mendominasi wacana publik dibanding gagasan kongkrit ketika benar menjadi seorang Menteri. 

Nama selanjutnya, Dito Ariotedjo, yang diusung Partai Golkar tampil dengan gagasan program pengembangan karya inovasi sosial bernama muda pembaharu. Gagasan itu dirancang untuk membangun ekosistem kepemudaan yang mampu mengembangkan karya anak muda yang berdaya guna. Bagi Dito, ini senafas dengan semangat pemerintah ke depan mengembangkan sumber daya manusia terutama pemuda.

Menerjemahkan semangat mereka, idealnya berada pada posisi menteri bersentuhan dengan gerakan pemuda, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora). Begitu pentingnya pemuda dalam tubuh pemerintahan sampai harus membuat satu organ tubuh tersendiri dalam tubuh pemerintahan. Nafas pemuda sejalan dengan dua nama tersebut. Namun lagi lagi, layak atau tidak layak bukan hanya ditentukan atas lobi-lobi Partai, melainkan loyalitas gerakan hingga gagasan pembaharu.  

Dibalik dua nama itu, ada satu anak muda potensial yang patut dibicarakan, ialah Arief Rosyid Hasan. Sampai saat ini eksistensi aktivis milenial itu tetap pada koridor ide dan gagasan peran anak milenial sebagai mesin penggerak utama pembangunan Indonesia lima tahun akan datang.  

Konsen pada kajian bonus demografi, Arief Rosyid Hasan banyak menyumbangkan gagasan lewat aksi lapangan hingga tulisan di media - media. Misalnya, dilangsir dsri Republika.Co.Id, Kamis (26/8/2017) berjudul "Arief Rosyid: Bonus Demografi Momentum Genjot Pembangunan". 

Direktur Eksekutif Merial Institute itu menyatakan pemerintah belum memiliki kerangka kebijakan yang integral dan terukur dalam pembangunan kelompok usia muda. Padahal, masyarakat Indonesia yang mayoritas saat ini berada di usia produktif bisa menjadi momentum untuk menggenjot pembangunan di Indonesia. Apabila pemerintah tidak memberikan perhatian khusus terhadap usia produktif yang dikenal dengan pemuda, maka justru momentum ini bisa menjadi petaka Indonesia.

Untaian pernyataan itu menjadi bahan pertimbangan mengapa Arief Rosyid Hasan harus didudukkan pada kursi Menpora. Selain kapasitas pemikiran, juga didukung kinerja dalam dunia kepemudaan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline