Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Rafiq

Bersahabat dengan Pikiran

Sudah Cukup Bicara Politik

Diperbarui: 20 April 2019   19:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

beritagar.id

Di saat masyarakat Indonesia sedang sibuk menunggu hasil perhitungan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) sembari memperdebatkan perbedaan perhitungan suara quick count dan internal masing-masing tim capres-cawapres. Di negara lain, sedang sibuk membicarakan Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menggempur pos pasukan Suriah dan menewaskan 20 tentara Suriah serta melukai milisi pro pemerintah lainnya di wilayah al-Sukhna pekan kemarin. Lembaga Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris menyatakan serangan ISIS baru-baru ini yang paling besar terjadi di area al-Koum, sebelah utara Kota Palmyra.

Di negara lainnya, Nicolas Maduro didesak mundur dari jabatannya melalui aksi demonstrasi besar-besaran pada 1 Mei mendatang. Desakan itu datang dari pemimpin kelompok oposisi di Venezuela, Juan Guaido dengan harapan Nicolas Maduro turun dari jabatannya.  

Wacana terbaru, masyarakat dunia sedang membahas black hole, alias lubang hitam yang berhasil dipotret para astronom menggunakan Event Horizon Telescope (EHT). Sontak membuat masyarakat dunia kaget setengah mati. Sebab, hal yang misterius itu untuk pertama kalinya dipotret.

Kehadiran lubang hitam ini pun dikaitkan dengan plot film Interstellar yang berspekulasi bahwa benda di alam semesta itu adalah jembatan antar dimensi yang bisa mengantar objek di dalamnya ke sisi lain semesta.

Pindah ke negara tetangga, Singapura yang sedang mengembangkan satelit baru yang lebih cepat dalam mentransmiskan data sehingga membuat akses informasi jadi jauh lebih kilat. Tidak jauh dari Singapura, negara Vietnam dan Thailand sedang getol-getolnya mengembangkan sepak bola mereka untuk bisa menembus Piala Dunia 2022 di Qatar. Sementara di Indonesia, masih disibukkan bagaimana PSSI dipimpin oleh orang yang kredibel bisa mengantarkan timnas Indonesia masuk piala dunia.

Di saat warga dunia sedang larut-larutnya berdiskusi isu kesejahteraan, ancaman perang, ekonomi dan lain sebagainya, di Indonesia kita masih berkutat isu kepastian suara. Misteri dunia dikalahkan misteri pemenang pemilihan presiden (Pilpres) 2019.

Lima tahun lamanya masyarakat menanti pesta demokrasi digelar kembali. Beriringan dengan harapan besar, Indonesia bisa menjadi negara lebih dari negara lainnya. Sekurang-kurangnya prestasinya setara dengan China dan Jepang.

Harapan itu sebanding dengan kedewasaan berdemokrasi. Pemilihan Presiden 2019 disebagian besar wilayah di Indonesia telah selesai dilaksanakan. Meskipun pekan depan dimungkinkan akan ada pemilihan ulang.

Pesta demokrasi sepatutnya menyatukan semua elemen yang sebelumnya terpisah oleh pilihan, dipertemukan dalam satu cita-cita. Walaupun memang masih ada yang berasa belum puas, ada juga yang kecewa. Begitulah efek fanatik demokrasi.

Sepanjang sejarah pesta demokrasi, selalu berakhir pada kedewasaan dari dua pihak yang bertarung. Usai pemilihan presiden Amerika Serikat 9 November 2016 lalu, Hillary Clinton menyampaikan pidato kekalahan dihadapan pendukungnya di New Yorker Hotel, New York.

Sebelumnya Hillary digadang-gadang bakal menjadi presiden perempuan pertama AS. Keyakinan itu juga didukung hasil lembaga survei bahwa mantan menteri luar negeri AS itu akan menang. Prosentase fantastis dari Reuters menyebut peluang kemenangan mencapai 90 persen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline