Menjadi seorang guru merupakan pekerjaan yang tidak penah berhenti untuk terus belajar, Guru adalah teladan peserta didik, menjadi guru kita harus terus memperbaiki diri sepanjang hayat. Namun, saat panggilan tugas sebagai calon guru dalam Pendidikan Profesi Guru (PPG) beriringan dengan momen paling berharga dalam hidup saya, yaitu kelahiran anak pertama, saya dihadapkan pada dilema yang cukup berat. Di satu sisi, saya ingin memberikan yang terbaik dalam praktik mengajar. Di sisi lain, saya ingin mendampingi istri tercinta di momen spesial tersebut.
Pendidikan Profesi Guru (PPG) merupakan program dari kementerian pendidikan dan kebudayaan untuk mencetak guru profesional, program tersebut tidak di pungut biaya sepeserpun atau di biayai oleh pemerintah, perkuliahan dilaksanakan selama kuran lebih 2 semester secara tatap muka dan mengerjakan tugas di LMS (Learning Management System) dengan materi yang sangat detail, kompleks dan lengkapa atau dengan kata lain Buanyak sekali tugasnya,
Malam sebelum praktik mengajar, istri mulai merasakan kontraksi. Rasa cemas dan khawatir tentu saja memenuhi pikiran. Saya harus menyiapkan materi pembelajaran, namun pikiran saya terus tertuju pada kondisi istri. Di tengah kegelisahan, saya mencoba fokus pada tugas yang ada, namun konsentrasi saya terus terpecah hingga akhirnya saya berkoordinasi dengan Waka Kurikulum dan guru pamong untuk ijin,
Setiap orang pasti mempunyai masalah, masalah tersebut berat atau tidak bagaimana kita menyikapi, dan menyelesaikan dengan penuh pertimbangan yang matang. pada saat awal praktik lampangan untuk yang kedua kali setelah selesai perkuliahan secara teori, dan bersamaan dengan istri akan melahirkan anak pertama, di sisi lain tugas kuliah banyak, mempersiapkan mengajar, laporan praktik lapangan, di barengi dengan ikut membantu ngurusin bayi, karena sama sama belajar sehingga sangat menguras energi, pada akhirnya sebua bisa berjalan lancar berkat komunikasi dengan segala pihak yang terkait, penting bagi kita dapat berkomunikasi dengan baik kepada semua pihak yang berkaitan masalah kita agar semua dapat terselesaikan dengan cara yang terbaik.
Menjadi calon guru di tengah kesibukan keluarga adalah sebuah perjuangan yang penuh tantangan. Namun, di balik setiap kesulitan, selalu ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil. Pengalaman saya ini mengajarkan saya untuk lebih menghargai waktu, mengatur prioritas, dan mencari dukungan dari orang-orang terdekat. Bagi teman-teman calon guru yang sedang berjuang, jangan pernah menyerah pada mimpi. Setiap rintangan adalah peluang untuk tumbuh dan menjadi pribadi yang lebih baik. Ingatlah, menjadi seorang guru adalah panggilan jiwa yang akan memberikan kepuasan tersendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H