Lihat ke Halaman Asli

Rafi Pravidjayanto

Mahasiswa Hukum

Menjaga Warisan Leluhur, Desa Olehsari bersama Mahasiswa KKN 129 UIN Sunan Ampel Surabaya Adakan Selametan Kampung

Diperbarui: 12 Juli 2024   20:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Olehsari Bersama KKN 129 UIN Sunan Ampel Surabaya Mengadakan Selametan Kampung untuk Memperingati Satu Suro/dokpri

Banyuwangi- Desa Olehsari memiliki keragaman budaya dan tradisi yang masih dijaga hingga kini. Salah satunya, acara tahunan Selamatan Kampung yang diadakan pada Sabtu (6/7) bertepatan dengan malam satu Muharram 1446 H. Acara tersebut memiliki serangkaian kegiatan yang menjadi keunikan tersendiri bagi desa Olehsari.

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) kelompok 129 UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya berkesempatan untuk berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan Selamatan Kampung tersebut.

Acara diawali dengan mengumandangkan azan di empat titik desa Olehsari yaitu di sisi Timur, Barat, Utara, dan Selatan. Hal tersebut dimaksudkan untuk membentengi desa Olehsari dari malapetaka dan bahaya yang hendak menyerang desa Olehsari.

Setelah salat magrib dilaksanakan, seluruh warga desa berkumpul di depan rumah masing-masing dengan hidangan tumpeng yang telah menjadi tradisi turun-temurun. Tumpeng tersebut berisi pecel pitik, tahu, tempe, dan sayur-sayuran rebus.

Joko Mukhlis, Kepala Desa Olehsari menjelaskan bahwa tujuan dari selamatan kampung ini selain untuk ucapan syukur dan bersih desa juga sebagai sarana memperkuat tali silaturahmi.

"Selamatan kampung ini juga sarana untuk merekatkan kerukunan antar masyarakat, seduluran atau saudara yang di luar untuk makan bersama ngalap berkah" ungkap Joko.

Seusai pembacaan doa dan menyantap hidangan bersama, acara berikutnya yaitu oncor-ocoran. Oncor-ocoran diikuti oleh anak-anak yang ada di desa Olehsari. Sambil membawa sebatang obor, raut wajah gemberi terpancar dari wajah mereka. Tanpa rasa lelah mereka berjalan mengelilingi desa Olehsari diiringi dengan lantunan musik rebana. Dimulai dari masjid dan kembali ke masjid lagi.

Rangkaian acara berikutnya yaitu selamatan di balai desa bersama perangkat desa dan beberapa tamu undangan. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Lontar Yusuf. Lontar Yusuf merupakan sebuah kitab yang berisi sejarah Nabi Yusuf yang patut diteladani. Pembacaan Lontar Yusuf tersebut dilantunkan semalaman suntuk hingga menjelang waktu subuh.

"Soalawatan, sejarah nabi agar kita gak lupa," terang Joko sambil memperbaiki posisi duduknya.

Terakhir, Joko berpesan kepada mahasiswa KKN UINSA untuk selalu menjaga tradisi yang ada karena merupakan warisan dari leluhur yang menjadikan Indonesia kaya akan budaya.

"Karena Indonesia ini tidak ujuk-ujuk jadi negara yang besar, ujuk-ujuk jadi negara yang merdeka. Tapi kita ini berproses. Pokoknya yang utama adalah bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah," tutupnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline